Sunday, October 25, 2015

SETAN BERNAMA KENIKMATAN

Cukup provokatif bukan judulnya? apa benar kenikmatan adalah setan? jawabannya tergantung Anda! tapi satu hal yang pasti, pada saat Malaikat yang diutus ALLAH SWT sedang mengirimkan kenikmatan kepada Kita, tepat dibelakangnya setan mengintai untuk menggoda kita mengingkari nikmat tersebut, sebesar atau sekecil apapun.

Kapan terakhir kali Anda mengucap syukur atas udara yang kita hirup? terus terang Saya baru sekali melakukannya, tepat  sebelum kalimat ini Saya tuliskan. Ya, Saya akui Saya belum pernah sampai sesaat sebelum kalimat ini dibuat mengucapkan syukur atas udara yang Kita hirup ini (semoga ALLAH SWT memaafkan Saya). Atau kapan terakhir kali Anda mengucap syukur atas tidur Anda yang nyenyak? lebih ekstrim lagi kapan terakhir kali Anda bersyukur atas pertengkaran yang Anda alami dengan pasangan Anda? lebih ekstrim lagi? kapan terakhir kali Anda bersyukur atas ketidak punyaan Anda? ketidak berdayaan Anda? ketidak becusan Anda? Kegagalan Anda? Semoga kita semua ditakdirkan ALLAH SWT menjadi ahli syukur.

Semua tidak terjadi secara kebetulan menurut teori Harun Yahya yang Saya baca dibuku kedua tetralogi Laskar Pelangi, Alhamdulillah Saya diberikan kesempatan membacanya. Saya percaya itu, sangat-sangat percaya. sebutkan satu saja kejadian dimuka bumi ini yang terjadi karena kebetulan? kebetulan melintas dijalan dan ban mobil kempes? itu karena ALLAH SWT ingin memberikan rizki untuk siapapun yang bersinggungan dengan kejadian tersebut, penunggu warung yang kita mintai pertolongan mendorong mobil agar lebih kepinggir, tukang tambal ban yang menambal ban mobil kita, asisten penambal ban yang kita beri tips. 

Saya tidak tahu apakah Saya sudah gila, tapi menurut Saya, semua kejadian yang terjadi dimuka bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena ALLAH SWT ingin memberikan rizkiNYA. Rizki atas pelajaran yang kita ambil sehabis bertengkar hebat dengan pasangan kita, rizki ingatan atas segala nikmat yang diberikan pada ketidak punyaan kita jika dibandingkan dengan orang yang lebih menderita dan banyak lagi rizki yang dilimpahkan jika saja kita bisa melihatnya dari sudut pandang yang positif.

Apa namanya jika rizki atau kenikmatan tersebut merupakan bencana seperti di Sidoarjo? sedikit nakal Saya bertanya dalam hati mempertanyakan keagunganNYA. Satu menit tiga puluh dua detik, itu waktu yang Saya butuhkan untuk menjawabnya sendiri. "Supaya pada saat tertimpa masalah atau bencana lagi, mereka sudah merasakan hal yang mereka anggap terpahit dalam hidup, sehingga musibah berikut terasa ringan bagi mereka" seperti Cash in Advance-lah kira-kira. Terus terang Saya berdo'a agar tidak diberikan cobaan seperti yang ditimpakan kepada Saudara kita di Sidoarjo, tapi apakah Saya mempunyai wewenang untuk menentukan cobaan apa yang akan ditimpakan kepada Saya? Anda tahu jawabannya.

Kita tidak usah lagi membicarakan mengapa orang lain dicoba oleh ALLAH SWT dengan diberikan kekayaan yang melimpah, hal itu sangat mudah dijawab, dan jika mereka tidak melakukan apa yang digariskan atas kekayaannya tersebut, itu adalah pilihan hidup mereka.

Dulu Saya iri dengan etnis Tionghoa dengan segala gemerlap kekayaannya. Setelah kemarin usia Saya mencapai 35 tahun, baru Saya mengerti dan yakin bahwa inilah keadilan yang dijanjikan ALLAH SWT, mereka bekerja sangat giat, selain giat mereka sangat tekun, tidak mungkin bukan ALLAH SWT mengingkari janjinya?.

Enak dong anak yang dilahirkan dari keluarga kaya? kata siapa? katarina? (masih ingat dengan jargon iklan jaman dulu ini?) Andai anak tersebut sudah paham tentang arti kekayaannya dan bagaimana Ayah Ibunya akan dimintai pertanggungan jawab atas anak yang dididiknya menggunakan harta tersebut, jangan heran kalau ada anak umur satu tahun sudah berusaha sekuat tenaga pergi ke masjid, musholla, gereja, klenteng dan rumah ibadah lainnya karena ketakutan Ayah Ibunya masuk neraka karena perbuatannya (ups ... topik baru, nanti kita bahas).

Jadi, katarina, bukan kata Saya lho, dalam setiap kenikmatan ada tanggung jawab, dalam setiap tanggung jawab ada reward and punishment, dalam setiap reward and punishment kembali ada rizki yang dilimpahkan, begitu seterusnya berulang-ulang dalam setiap kejadian disetiap kesempatan.

Jadi sebenarnya hidup kita ini hanya untuk memperoleh rizki dan kenikmatan tiada tara dari ALLAH SWT? silahkan anda jawab!, yang pasti kenikmatan bukanlah setan untuk Saya.

Alhamdulillah ... ada orderan masuk, Saya harus kembali bekerja. 

---

Ditulis 4 November 2008. Karena satu dan lain hal, tulisan ini harus saya pindah ke blog ini.

MULTI LEVEL MARKETING

Tentunya Anda pernah mendengar bahkan bersentuhan dengan Multi Level Marketing atau biasa disingkat MLM bukan?. Saya sendiri pernah menjadi anggota 3 MLM walaupun saat ini sudah tidak aktif lagi. Hebatnya lagi ternyata bisnis MLM ini apabila dijalankan sesuai dengan makna awalnya tanpa direkayasa menjadi money game adalah sebuah jalan keluar yang dahsyat bagi perekonomian kita (meminjam kata Pak Suryadharma Ali lho ini).
Betapa tidak?, sekecil apapun yang orang lain lakukan selama dia direferensikan oleh kita, maka kita akan mendapat keuntungan juga, sedikit atau banyaknya keuntungan tersebut tentulah berpulang kepada sang penerima, apabila syukur menjadi tiang hidup, maka Ia akan berucap Alhamdulillah selama mungkin, apabila kufur Ia akan lebih giat lagi mencari downline. Hebat bukan? Orang yang tidak bersyukur saja malah ditambah tenaga dan semangatnya, apalagi orang yang bersyukur?.
Tapi kita tidak sedang membicarakan syukur-kufur disini, terlalu bahaya apabila diulas oleh Saya yang hanya tahu setitik. Saya ingin membicarakan bagaimana konsep MLM yang sedemikian dahsyat itu tidak termanfaatkan disemua lini kehidupan kita (atau belum barangkali).
Ingatkah Anda pada saat seseorang baik itu teman, orang tua bahkan musuh Anda menawarkan produk MLM-nya pertama kali kepada Anda?. Apa yang Anda rasakan? Saya berani bertaruh 90 persen ketika itu adalah penolakan dari diri Anda bukan? Baik secara halus maupun kasar. Lalu kenapa Anda menolaknya? tentunya karena Anda tidak percaya dengan kemampuan konsep dasar MLM itu sendiri, paling tidak itu yang Saya alami pertama kali. 
“TIDAK PERCAYA” (kurang apalagi, sudah Saya beri tanda kutip, hurufnya di-bold dan diberi garis bawah), tidak percaya merupakan kata kunci dari semua penolakan Anda terhadap apapun. Anda tidak percaya bahwa si orang tersebut murni menawarkan solusi mudah murah kepada Anda, Anda tidak percaya bahwa niat si orang tersebut murni karena ingin membantu Anda, Anda tidak percaya konsep MLM akan mensejahterakan Anda.
Saya mahfum jika sekarang banyak money game berkedok MLM, Saya mahfum karena kesibukan Anda waktu yang tersisa hanya Anda bisa gunakan untuk sekedar menarik nafas setelah didera pekerjaan berat seharian, sungguh Saya mahfum.
“TAPI” yang ingin Saya tawarkan kali ini sungguh berbeda dengan MLM yang lain. Sebenarnya Anda sudah diperkenalkan dengan konsep MLM ini jauh sejak Anda kecil dahulu, jauh sebelum Anda sendiri sadar bahwa Anda adalah seorang downline dari seseorang. Saya namakan MLM ini “Positivity Multi Level Marketing”. Jika bisa dikembangkan, MLM ini berpotensi untuk membuat Indonesia kembali berjaya, kembali menjadi negeri yang disegani oleh negara-negara lain.
Analoginya gampang, apabila kita ibadah berjama'ah maka pahala akan berlipat ganda bukan?, apabila kita membaca kitab suci, pahala akan didapat juga oleh paling tidak orang tua kita dan guru yang mengajar kita bukan?, apabila kita menyingkirkan duri dari jalan, maka kita akan mendapat pahala dari semua orang yang melintas dijalan tersebut bukan? Atau jika kita membantu memberikan sebongkah batu bata untuk membangun rumah ibadah, pahala kita akan berlipat sebanyak yang beribadah sepanjang masa bangunan  itu berdiri bukan? (ini bukan janji Saya lho, hanya Tuhan YME yang tahu pahala seseorang).
Begitu juga MLM ini, hanya dengan berbuat satu hal positif setiap hari  untuk dikerjakan dan mengingatkan hal yang sama kepada satu orang lainnya. Misalnya kita bersantap siang dan mengingatkan seseorang untuk bersantap siang, cukup mudah bukan?, masih kurang hasilnya? Tingkatkan menjadi beribadah dan mengingatkan seseorang untuk beribadah. Jika masih kurang juga, tingkatkan lagi semampu Anda, sepositif yang Anda bisa.
Paling tidak Anda akan menjadi seseorang yang ramah, karena Anda makin banyak orang yang ramah, idealnya walaupun harus seratus atau seribu tahun lagi, bangsa ini kembali menjadi ramah, semua beribadah, semua bersedekah, semua saling mengingatkan.
“ANDA TIDAK PERCAYA?”, ini adalah janji Tuhan YME! Bukan Saya karang-karang tidak Saya lebihkan dan kurangkan.
---
Ditulis 29 Agustus 2008. Karena satu dan lain hal, harus dipindahkan ke blog ini.

EMANG SALAH SAYA APA?

Pernah baca headline "Istri Dibakar Suami Hidup-Hidup"? tentunya sering sekali bukan? apalagi jurnalisme yang sekarang kita anut menurut Saya si Bego bin Tolol ini adalah jurnalisme "yang penting headline". Makin 'nonjok' headlinenya, makin laku medianya.

Saat ini Saya sedang berpikir tentang sang suami yang tega membakar istrinya, lalu kenapa sang suami berani dan nekad melakukan kejahatan yang dia tahu akan ketahuan cepat atau lambat, kemudian saya persempit lagi ke pertanyaan dasar "emang salah saya apa?" yang berlaku dikedua belah pihak tentunya.

Mungkin sang suami adalah orang yang sangat pemarah dasarnya, ditambah keadaan ekonomi yang sangat menjerat leher ini dia semakin tidak dapat mengendalikan emosinya. Frustasi karena tidak dapat menyediakan kebutuhan lahir bagi keluarganya sang suami mungkin kemudian menjadi orang yang suka mabuk-mabukan (apalagi untuk mabuk sekarang lebih murah daripada untuk membeli sembako).

Karena lama tidak dapat menjalankan kewajiban lahiriah, dengan sendirinya kebutuhan batiniah akan distop oleh sang istri. Tambah pusing lagi kawan kita ini bukan?.

Sang istri yang tadinya sangat ramah dan menjaga sikap pada saat pacaran menjadi berubah juga 180 derajat kala sang suami pulang dengan tangan hampa, kata-kata kasar  yang menteror mental sang suami terburai lepas dari mulutnya. Sepanjang hari sepanjang waktu sepanjang masa.

Paling enak memang menyalahkan pemerintah atas keadaan ekonomi yang berujung krisis keluarga ini. Yang punya jabatan terhormat makin korup, yang tidak punya pekerjaan makin mabuk (dalam artian sebenarnya mabuk). With the perfect excuse, you can create the perfect crime and the perfect alibi (halah).

Tapi apakah memang harus begini jalannya? apakah Pancasila hanya menjadi kata-kata yang sekedar diucapkan saja pada saat harus diucapkan? padahal menurut Saya hanya pelu satu sila saja, ya! EKASILA! yaitu KETUHANAN YANG MAHA ESA. Ya lagi! setiap warganegara berkewajiban mempunyai Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan sebaik-baiknya. Menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.

Dan Saya yakin di agama manapun dan di kitab suci apapun, yang dijanjikan Tuhan adalah kita akan dapat bersikap adil dan beradab terhadap sesama manusia Indonesia, karena bersikap adil dan beradab, maka persatuan antar manusia Indonesia dapat dicapai sehingga tidak akan ada saling su'udzon antara pemimpin dan yang dipimpin, rakyat akan dapat dipimpin oleh sebuah permusyawaratan perwakilan sebagai hikmahnya, dan karena seluruh fungsi diatas dijalankan atas nama Tuhan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat akan dapat tercapai.

Kembali ke pertanyaan "emang salah saya apa?" apabila EKASILA tersebut dapat diwujudkan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka separah-parahnya, Saya ulangi: separah-parahnya jika sang suami pulang tidak membawa hasil dan dalam keadaan mabuk, maka sang istri akan hanya berkata:

"Kok pulangnya mabuk Pa?, kan sayang uangnya bisa dibelikan beras untuk makan". 

dari pada kata-kata provokatif seperti:

"Udah gak dapet duit, yang ada dibeliin miras, udah mabok sekarang malah pulang kerumah lagi, dasar laki-laki gak tau diuntung!".

Tapi pesan Saya, kalau Anda adalah laki-laki, empatikan diri Anda jika punya istri yang sedemikian dajjal pula. Sehingga pastinya anda akan berpikir dua ribu kali jika ingin melakukan perbuatan tersebut diatas.

Bukan tidak mungkin kita kaum laki-laki memerlukan Komnas tandingan seperti Komnas Perlindungan Lelaki karena sejatinya undang-undang KDRT juga berlaku untuk laki-laki bukan, atau malah bisa mungkin korban KDRT lebih banyak laki-laki daripada perempuan, hanya saja yang terekspos media hanya wanita saja dengan dalih "headline-nya lebih nonjok".

Jadi, pernyataan "kalo dicubit sakit ya jangan nyubit" (kedua kalinya saya ungkapkan di blog ini) berlaku untuk sang suami dan sang istri, usahakanlah agar dielus-elus saja supaya sakitnya cepat hilang jika tercubit sambil berusaha menyampaikan pesan agar sang pasangan jangan mencubit lagi.

Menutup tulisan ini, Saya mau meng-klaim bahwa peribahasa "gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati ditengah" sudah tidak dapat dipakai lagi. Bodoh sekali si pelanduk sudah tahu ada gajah berbaku hantam masih mau ada ditengah. Yang lebih cocok adalah "gajah bertarung dengan gajah, yang sudah pasti rusak adalah rumput tempat para gajah bertarung".  

Jika antar pasangan di Indonesia saja sudah bertarung, maka keadaan sekitar merekalah yang akan rusak, ya anaknya, ya keluarganya. Akhirnya kerusakan tersebut akan meluas seantero Indonesia.

---

Ditulis 18 Juli 2008. Karena satu dan lain hal harus dipindahkan ke blog ini.