Wednesday, August 13, 2008

JAS KUNING

The great Soekarno (for some people, definitely not me!) once said "JAS MERAH", Jangan Sekali-Sekali Meninggalkan Sejarah. Baru hal inilah yang menjadi kata sepakat antara Saya dan Pak Karno, karena sejarah merupakan titian perjalanan atas sebuah perjuangan.

Sejarah Saya percaya menjadi sebuah pembuktian atas segala hal apapun dimuka dunia ini, sejarah Saya percaya akan terulang dikemudian hari apabila seseorang tidak dapat mencerna makna yang tersirat dan tersurat dalam perjalanannya.

Sejarah tertabrak mobil karena menyeberang jalan tidak pada tempatnya akan terulang apabila tidak disikapi dengan perubahan pola menyeberang jalan yang signifikan semisal di jembatan penyeberangan. Harus signifikan karena bila hanya di zebra cross, resiko tertabrak tetap ada mengingat keadaan lalu lintas saat ini (he he he).

Sedemikian pentingnyakah sejarah untuk selalu kita kenang? tentu!. Sejarah menjadikan kita selalu ingat atas segala yang seseorang, kelompok atau siapa-apapun lakukan.

Misalnya sejarah peristiwa 27 Juli yang mana berhasil mengorbitkan Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu tonggak sejarah ketika Indonesia dipimpin oleh presiden wanita pertama. Sayangnya pada saat peringatan sejarah tersebut tahun ini tidak dihadiri oleh Megawati sendiri. Menurut petinggi parpol-nya mereka tidak ingin larut dalam sejarah kelam dan ingin menatap masa depan gemilang. Lho? yang berucap Jas Merah itu Bapaknya siapa ya numpang tanya?.

Namun akhir-akhir ini Saya sering berpikir untuk tidak lagi ber-Jas Merah ria, maksudnya Saya akan tetap melihat sejarah sebagai salah satu kemudi hidup, namun porsinya Saya akan kecilkan. Kemudian Saya akan membesarkan porsi JAS KUNING.

JANGAN SEKALI-SEKALI KAU INGKAR (maksa ya? lah Pak Karno aja boleh maksa, masa Saya gak boleh?)

Jadi, yang sudah kepalang ingkar jangan sampai ingkar lagi, yang belum ingkar janganlah sampai ingkar. Mari biasakan berjanji dan menepati janji atau jangan berjanji jika tidak bisa (atau tidak mau) menepati. Jangan cari pembenaran terhadap segala keingkaran, baik dibalut masalah perekonomian negara atau apapun juga.

Sekali lagi, bukannya Saya benci 'MERAH' ... tetapi karena lebih senang 'KUNING'.

SANG SAKAW MERAH PUTAW

Artis tertangkap karena narkoba, sudah basi beritanya bukan?, jadi tidak usahlah kita bahas, karena justru narkoba dan permasalahannya yang tidak pernah tuntas dibahas di negeri ini. Berbekal apa yang Saya ketahui mudah-mudahan Saya bisa sedikit berbagi pesan untuk menuntaskan.

Tahukah Anda bahwa pengguna narkoba (dalam hal ini shabu dan putaw) yang baru sehari dengan yang sudah berpuluh tahun akan langsung setingkat dan setara dalam berbagai hal? tingkat kecanduannya, tingkat keinginan sembuhnya, tingkat frustasi akan keinginan sembuhnya?. Oleh karena itu 'mencoba' dengan tekad sekuat baja untuk berhenti dikeesokan hari Saya jamin bukan merupakan hal yang bisa dilakukan oleh siapapun.

OLEH KARENANYA, JANGAN SEKALI-SEKALI MENCOBA!

Tahukah Anda bahwa pengaruh narkoba dalam darah akan hilang setelah paling lama 14 hari berhenti menggunakannya? pasti Anda sudah tahu bukan. Namun tahukah Anda bahwa setelah kondisi fisik yang bersih tersebut tidak diiringi kondisi psikis yang bersih?

Setelah badan bersih, Saya jamin otak akan tetap kotor dengan segala pemikiran tentang narkoba. Istilah keren dari hal ini adalah 'craving', dimana pengguna yang sudah bersih dari narkoba akan tetap berpikir tentang hal tersebut baik secara sadar dipikirkan atau lewat pencetus. Melihat alat yang digunakan untuk mengkonsumsi seperti jarum suntik (walaupun dilihat di apotik atau rumah sakit), jalan menuju rumah bandar, tempat-tempat dimana mereka mengkonsumsi (lingkungan rumah, dalam rumah, kamar, kamar mandi, mobil, dll), teman sesama pengguna dan ribuan pencetus lain termasuk berita-berita yang beredar setiap hari di televisi tentang narkoba dan peperangan aparat memberantasnya.

Ini adalah kondisi yang justru sangat berat diperangi, disaat media massa mengumbar berita tentang narkoba dalam konteks pemberitaan yang baik sekalipun, jutaan pengguna dan eks pengguna terpapar gambar dan suara yang senantiasa mengingatkan mereka dengan narkoba.

OLEH KARENANYA, BANTU MEREKA UNTUK TIDAK TERPAPAR BERITA TENTANG NARKOBA!

Tahukah anda metode penyembuhan yang paling efektif adalah kerelaan keluarga mengakui keberadaan sanak keluarganya yang terkena narkoba? Pada saat ada anggota keluarga yang 'sakit' (begitulah mereka mengistilahkan) maka seluruh keluarga menjadi 'sakit' dan perlu disembuhkan.

"Bagaimana keadaan Ibu? Bapak? Abang? Kakak?"

Saya ingat dengan jelas pada saat kami ditanya oleh seorang 'Bro' atau Counselor di rumah rehabilitasi. Dia tidak menanyakan keadaan Adik Saya, dia menanyakan keadaan kami anggota keluarganya. Berulang kali sampai akhirnya kami terbiasa menjawab dengan perkataan yang paling jujur tentang perasaan kami. Mereka berusaha menyembuhkan kami juga.

OLEH KARENANYA, JANGAN MENYANGKAL! APAPUN ITU!.

Tahukah Anda bahwa dalam perjalanan menyembuhkan pecandu narkoba kadang mereka dan keluarganya akan singgah di minimal 3 tempat yang salah sebelum bertemu yang benar?

Dokter yang bermetode mem-bom dengan pil penenang orang gila dalam proses detoksifikasi dan menjadikan pasiennya berliur, berpusing putar kesana kemari, sholat dan dzikir tak menentu dan hanya bertahan 1-2 menit hanya karena diperintahkan oleh sang dokter.

Atau seorang Kyai yang memerintahkan orang tua menanda tangani surat pasrah dan tidak menuntut apabila terjadi kematian atau kerusakan otak permanen apabila anaknya ingin masuk ke pesantren rehabilitasinya. Menurut kabar yang bisa dipercaya, dihari pertama mereka masuk pesantren tersebut, mereka harus 'mandi tobat' dengan digantung kakinya oleh para senior dan dicelupkan kedalam sungai dangkal penuh batu cadas. Mungkin karena terantuk bebatuan tersebutlah beberapa dari mereka meninggal atau rusak otaknya. Kalaulah mereka selamat sungguh mereka tidak beruntung karena tidak menjadi camat, metode yang sama dengan IPDN namun tanpa gelar.

Atau yang lebih gila lagi, seorang yang hanya menebarkan do'a kebadan pasien dengan jaminan keesokan harinya pasien akan sembuh.

OLEH KARENANYA, DIBUTUHKAN LEBIH DARI SEKEDAR HAL TERSEBUT DIATAS!

6 bulan sampai 1 tahun masa rehabilitasi dengan metode therapeutic community, kemudian 6 bulan sampai 1 tahun lagi masa re-entry, 3-5 juta sebulan delapan tahun lalu, entah berapa harganya saat ini. 60 juta setahun pada saat itu. Dan Alhamdulillah puji dan syukur Saya haturkan kehadirat ALLAH SWT, Saya dan Adik perempuan Saya tidak sedikitpun merasa iri dan dengki atas biaya yang orang tua kami keluarkan demi kesembuhan Adik Saya.

Biaya menjadi issue yang lain ketika seseorang merasa sanak keluarganya 'menghamburkan' uang untuk merehabilitasi dirinya atau keluarganya. Issue ini percaya atau tidak merupakan issue terbesar dalam proses penyembuhan lewat rehabilitasi.

OLEH KARENANYA, DIBUTUHKAN KASIH SAYANG UNTUK MENYEMBUHKAN MEREKA!

Ini merupakan sebagian kecil dari samudera luas bergelombang yang harus kami dan banyak keluarga lain hadapi demi menyembuhkan sanak keluarga. Keluarga tercerai berai biasa terjadi dan Alhamdulillah bukan kami.

Dan ketika Hendardi SH menyatakan perang terhadap hukuman mati bagi pengedar narkoba, Anda bisa bayangkan perasaan Saya?, atau ketika Sandra Dewi menjadi duta anti narkoba BNN? ingin rasanya Saya beradu pengetahuan dengannya tentang hal ikhwal narkoba (sekalian melihat paras cantiknya tentu saja), atau ketika BNN menyelenggarakan acara seremonial tentang narkoba dengan artis-artis papan atas dengan biaya negara?

Tunjuk satu pulau yang sangat luas, kirim orang-orang muda eks pecandu narkoba sekolah di Day Top Rehabilitation Center (paling dekat di Malaysia), bangun infrastruktur rehabilitasi (termasuk menggaji karyawannya secara sangat memuaskan untuk menghindari korupsi), gratiskan biaya rehabilitasi untuk mereka yang ingin sembuh, jangan yang dipaksa untuk sembuh.

Hukum mati pengedar narkoba karena sejatinya mereka telah mengambil nyawa sanak keluarga kita. ALLAH SWT saja memberlakukan hukuman mati bagi pembunuh, kenapa kita manusia merasa lebih tinggi keputusannya dibandikan DIA?

(Ditulis untuk mengenang kegigihan Ayah dan Ibu kami menyembuhkan Fadjar Maulana Rochadi, Adik kami yang saat ini Alhamdulillah "dihukum" ALLAH menjadi Penata Artistik di sebuah majalah pria dewasa setelah menyelesaikan kuliahnya di FSRD Trisakti. Saya bangga! InsyaALLAH hal ini tidak membuat kami jumawa karenanya)

Friday, July 25, 2008

PENYAKIT KELAMIN

Ada banyak jenis penyakit kelamin dimuka bumi ini. Semuanya seram, semuanya menyeramkan. Dan yang lebih seram lagi, penyakit kelamin bisa didapat hanya karena perbuatan sesaat yang belum tentu menyenangkan semisal salah ambil PSK (disangka perempuan ternyata laki-laki atau disangka 20 tahunan ternyata 40 tahunan he he he).

Seperti yang kita ketahui, alat kelamin adalah pintu kenikmatan duniawi-ragawi. Saking dahsyatnya "Ia" bisa menggantikan "kepala" beserta isinya, bisa memerintahkan apapun yang "dia" inginkan walaupun tidak banyak macam yang "dia" inginkan biasanya.

Saat ini bahkan ada penyakit kelamin yang bukan hanya merugikan sang empunya kelamin, namun semua orang yang bersinggungan dengan kelamin tersebut. Memang, semua penyakit kelamin dalam arti harfiah selalu akan merugikan siapapun yang bersinggungan dengannya. Tapi yang satu ini sangatlah luar biasa.

Penyakit kelamin ini dapat merusak tataran kenegaraan (wuidih ...). Dapat memutar balikkan keadaan dalam sekejap. Si baik menjadi buruk, si buruk menjadi baik atau si buruk menjadi lebih buruk. Penyakit kelamin ini biasanya menyerang orang yang berkuasa dalam hal apapun sebesar atau sekecil apapun kekuasaan itu.

Penyakit KELAkuan MINus (he he he ). Pantas saja Datuk (Kakek) Saya Almarhum berpesan kepada anak cucunya agar jangan pernah ada keturunannya yang menjadi punggawa penegak hukum dunia, mungkin bila beliau masih hidup sekarang beliau akan menambahkan militer (polisi atau tentara) dalam daftarnya.

Setelah saya berfikir kenapa, ternyata ya itu tadi, Datuk Saya takut kami keturunannya terjangkit penyakit kelamin. Beliau takut apabila kami merasakan nikmatnya berkuasa atas apapun kami akan menjadi lupa daratan dan cenderung menikmati penderitaan atau ketakutan seseorang.

Persis seperti yang terjadi saat ini di Indonesia. Bahkan berbondong-bondong (bahasa kerennya kolektif) mereka memainkan "kelamin"-nya, bahkan Ketua RT/RW sekalipun.

Bukan bermaksud men-generalisasi, namun apabila ada metode quick count untuk menghitung siapa yang mempunyai penyakit kelamin atau yang tidak dimana saja dimuka Indonesia ini, tentulah perimbangan yang paling mendekati normal adalah 60-40.

Dan yang paling dari semua paling, penyakit kelamin ini dapat dipelajari seluk beluknya sehingga penyakit ini dapat lestari sepanjang masa. Kita bisa menjadi bangsa yang berpenyakit kelamin!.

"PENYAKIT KELAMIN MELANDA INDONESIA!"

Sebuah headline yang menohok bukan? dan susahnya lagi, karena benchmark bahagia adalah uang bagi sebagian besar orang, maka kelamin ini bisa mendatangkan uang! (emang juga kelamin bisa datengin uang hue he he he ).

Wednesday, July 23, 2008

CURRICULUM VITAE

Familiar bukan dengan yang namanya CV atau Curriculum Vitae? tentu!, CV adalah dokumen penentu hidup seseorang dijaman yang serba susah ini. CV adalah corong suara sang empunya untuk meneriakkan namanya. Dengan kata lain, CV menjadi teramat penting lantaran CV merupakan sebuah alat ketuk. Ya! alat ketuk.

Pada umumnya CV akan terlihat sempurna apabila bagian-bagian didalamnya memperlihatkan sebuah peningkatan dalam karir seseorang. Pendidikannya, jabatan sebelumnya, tingkatan kursus yang diikuti, dan lain sebagainya. Semua harus menggambarkan peningkatan kualitas diri seseorang.

Pada suatu saat Saya harus keluar dari sebuah pekerjaan lantaran jabatan baru yang Saya emban tingkat atau levelnya malah menurun daripada sebelumnya walaupun gaji dan fasilitasnya malah naik. Sombongkah Saya? terserah Anda yang menilai. Namun pada saat itu Saya memikirkan bagaimana reaksi orang yang membaca CV Saya apabila menemukan bahwa Saya turun jabatan atau level atau pangkat.

Bukannya sombong dan menyombongkan diri, tapi apabila CV Saya terlihat seperti ini:

Bank Lippo, Tbk Cabang Jakarta Senen:
  1. Customer Sales Representative, 1996 - 1997.
  2. Administration Assistant, 1997 - 1998.
  3. Credit Relation Officer, 1998 - 1999.  
  4. Account Officer, 1999 - 2000.

Dua Synergy Communications:
  1. Project Officer, 2000 - 2001.
  2. Project Manager, 2001 - 2003.

Creative Resource Network Int'l:
  1. Event Producer, 2003 - 2005.

Point Act Brand Activation & Event Management:
  1. Event Producer, 2006 - 2007.
  2. Event Director, 2007 - Present.
 
Enak bukan dipandang mata? atau yang ini:

Mardiyanto
  1. Gubernur Jawa Tengah.
  2. Menteri Dalam Negeri.

Sutiyoso
  1. Pangdam Jaya.
  2. Gubernur Propinsi DKI Jakarta.
  3. Calon Presiden Republik Indonesia. (InsyaALLAH)  

Alamuhai, sedap nian.

Bandingkan dengan yang ini:

MR. X
  1. Menteri Pemuda dan Olah Raga.
  2. Anggota DPR-MPR.
  3. Gubernur NTB atau NTT. (Saya lupa)
  4. Gubernur Maluku Utara. (Dalam penyelesaian kasus)

Atau yang ini:

MR. Y
  1. Menteri Perkembangan Daerah Tertinggal.
  2. Calon Wakil Gubernur.

MRS. Z
  1. Menteri Peranan Wanita.
  2. Calon Gubernur.

Atau malah yang ini

MR. XYZ
  1. Pangdam Wirabuana.
  2. Menteri Perhubungan.
  3. Calon Wakil Presiden RI (gagal).
  4. Calon Wakil Gubernur Jawa Barat (gagal).
  5. Calon Bupati (belum diniatkan, InsyaALLAH tidak).

Apa yang bisa ditarik dari wacana diatas? kalau orang yang membacanya adalah orang yang sadar fisik dan mental, maka tentukanlah pendapat anda, namun apabila orang yang membacanya lelah fisik dan mental, maka akan terbaca "hebat ya, beliau masih dipercaya mengemban amanah walaupun semakin menurun tingkatnya".

Sumpe lu udah lelah fisik dan mental! 

Saturday, July 12, 2008

8438-VIII

Suatu sore saat akan berangkat main boling, seperti biasa Jakarta tidak lengkap dengan Machicha Mochtar-nya. Sementara padat merayap diujung bundaran Senayan dan masih terkena sekali lagi lampu merah sebelum memutar balik kearah Ratu Plaza dari arah Semanggi, tiba-tiba saya dikejutkan dengan manuver sebuah kendaraan sedan Mitsubishi Gallant Diamante berwarna hijau tentara (dan ternyata memang mobil tentara) dari arah Jl. Sisingamangaraja berputar kembali menuju Jl. Sisingamangaraja.

"Kan itu dilarang" dalam hati saya berpikir.
"Lumayanlah polisi dapet uang kopi sore" saya bersu'udzon.
"Lah lah lah ... kok polisi melengos aja liat pelanggaran" kembali saya berujar dalam hati.
"Independen bullshit nih Polri, yang jelas ngelanggar aja gak berani di stop-in cuman gara-gara warna-nya ijo".

Memang kalau dilihat dari plat nomornya, pastilah setingkat Kolonel keatas yang menumpang (ya menumpang dong, lha wong pake duit kita kok belinya) mobil tersebut. Mungkin daripada melanggar peraturan tidak tertulis antar penguasa, sang polisi kemudian berpura-pura tidak melihat pelanggaran tersebut.

Selebriti dalam konteks "manusia yang jadi sorotan publik" sedianya berbaik laku dalam setiap kesempatan sehingga image yang tertanam dalam benak manusia lain yang melihat akan paling sedikit menghargai atau paling ekstrim mengikuti kebaikan tingkah lakunya. Namun apa yang saya lihat sungguh sangat berbeda.

Pemimpin harus jadi suri tauladan. Kata-kata basi namun penuh arti ini kembali saya kemukakan dalam tulisan ini. Pemimpin adalah pengemudi, dia yang akan menjadi tolok ukur pengikutnya dan menjadikan kendaraan yang dikemudikannnya aman sampai ditujuan. Bukannya malah membuat hal yang bila diikuti oleh para terpimpin menjadikan bangsa ini "kacrut" meminjam istilah anak jaman sekarangnya.

Lebih basi lagi apabila memikirkan mereka-mereka seharusnya orang yang terpelajar, seharusnya lebih bisa menampilkan kesan terpelajarnya ketimbang kesan buruk seperti yang sudah saya kemukakan. Lebih buruk dari yang paling buruk, saya tidak dapat berbuat apa-apa, hanya dapat melihat karena saat itu lampu sedang menyala merah (sebagai orang Indonesia, wajar bukan saya bersifat defensif @#$%^%$).

Akhirnya lalu lintas yang saya lalui beranjak dan saya sampai di halaman parkir bowling center di salah satu pusat perbelanjaan Jakarta.

"Halo boss ... apa kabar?" seorang teman boling yang sedang turun dari kendaraannya menyapa saya.
"Woi boss ... baik-baik ... lu gimana?" ucap saya juga berbasa-basi.

Kendaraan teman saya ini sungguh idaman saya setelah kejadian di bundaran Senayan tadi, sebuah mobil jeep Cheeroke, warna hijau tentara, dengan plat nomor tentara yang nomornya tersembul dari bahan kuningan menandakan mobil ini biasa ditumpangi oleh paling rendah seorang Brigadir Jenderal.

Terus kalau begini siapa yang salah sih? supir sang kolonel entah diperintah oleh atasannya atau tidak?, sang Jendral yang mengijinkan anaknya memakai mobil dinas? atau saya yang belum punya uang untuk melapisi mobil saya dengan cat khas tentara?

Malamnya saya chat dengan seorang teman lama di SMP yang sekarang menjadi juragan cat mobil.

"Lu punya cat biru angkatan udara gak?"
"Mang napa?"
"Gw pengen nge-cat mobil gw jadi warna biru AU"
"Biar apa?"
"Biar aman aja gak diganggu polisi"
"Susah dapetnya bos, gak sembarangan bisa"
"Tapi bisa elu dapet kan?"
"Bisa sih, mobil lu apaan?"
"Kijang"
"Ya udah, 5 literan cukup kayaknya"

Tiba-tiba saya terkesiap, plat nomor saya bukan plat nomor Jakarta. Plat nomor saya dari Kalimantan Timur!.

"Bos, gak jadi deh ... setelah gw pikir gak worth it juga mau gaya-gayaan gitu"
"Lah elu bos ... gak jadi cuan dah gw"

Alhamdulillah, ALLAH SWT masih sayang sama saya. DIA tahu cara menghentikan saya dari bibit kearoganan yang nyata-nyata dibuat-buat.

PS: Seluruh kejadian nyata apa adanya saya ceritakan, yang saya samarkan hanya plat nomor pada judul tulisan ini.
     dari pada kena pasal, kan lebih baik menghindar bukan?

Piss!!!

Friday, June 27, 2008

AKHIL BALIGH

"DISERET AJA, GEBUKIN TERUS TEMBAK KEPALANYA. DEMO KOK NYUSAHIN ORANG LAIN" kata-kata sangat provokatif ini adalah yang paling provokatif yang dapat Saya temukan diantara komentar teman-teman Saya di icon YM-nya pada saat terjadinya insiden Semanggi, yang entah insiden Semanggi keberapa. Walaupun sekilas, nampak jelas sekali teman Saya ini sangat jengkel dengan ulah demonstran yang nyata-nyata mengganggu ketertiban umum dijalan protokol ibukota, jalan yang sedianya dilewati hampir seluruh pelaku ekonomi di Jakarta khususnya dan di Indonesia umumnya.

Dalam suatu obrolan ringan, Saya dan beberapa teman berdiskusi. Sudah separah itukah masyarakat menilai aksi demo mahasiswa? sampai pada titik ekstrim teman saya mendukung aparat keamanan untuk melakukan tindakan sangat represif seperti itu? jawabannya terserah Anda semua yang menilai.

Yang pasti terlihat pada saat saya menonton berita di TV, mahasiswa yang tidak diperbolehkan masuk ke gedung DPR merobohkan pagar seharga milyaran rupiah itu, polisi dihujani batu oleh mahasiswa, polisi balas menghujani mahasiswa dengan batu, mahasiswa mengejek polisi dengan menepuk pantat seraya melecehkan polisi, polisi geram menghujani bogem mentah ke demonstran yang tertangkap, mahasiswa makin garang dengan membakar sebuah mobil dinas dari sebuah kementerian negara, sebuah mobil keluaran tahun 2006-an paling lama, sebuah mobil seharga kurang lebih 100 juta rupiah. 100 juta rupiah!.

Tiba-tiba Saya menjadi marah, sangat marah sekali dengan kelakuan para mahasiswa itu. Mereka pikir cari uang itu gampang? mereka pikir setelah uang itu terkumpul, akan sangat nikmat kala Saya harus membayar pajak? mereka pikir Saya senang melunasi pajak tetapi Saya juga yang harus awasi penggunaannya?

Saya tidak menutup mata banyak mahasiswa yang telah mempunyai penghasilan, bahkan jauh diatas Saya. Namun demikian apabila mereka sudah membayar pajak atas apa yang mereka hasilkan dan melihat barang-barang yang notabene dibeli dari pembayaran pajak, apakah lantas mereka akan tetap merobohkan, membakar dan merusak?

"Woi ... jangan robohin pagernya dong, emang pake duit lu bikinnya!, jangan bakar mobilnya dong, lu pikir pake duit lu belinya!" kira-kira seperti itulah kata-kata yang akan Saya lontarkan andai saja Saya ada di TKP.

Tapi kemudian Saya terhenyak dari segala amarah Saya.

"Woi ... jangan pukulin mahasiswa dong, emang lu pikir dia yang mau demo?, emang aspirasinya dia saja yang sedang mereka coba sampe-in?" Saya mencoba dewasa.

Tetapi dewasa bukan hanya masalah tidak memihak, dewasa adalah memikirkan kepentingan bersama titik. Demi kepentingan bersama, berbesar hatilah Bapak dan Ibu di DPR sana untuk sedikit memberikan ruang kepada Adik-Adik ini bertemu muka, berbesar hatilah Adik-Adik apabila Bapak dan Ibu di DPR sana sedang ada rapat sehingga belum bisa meluangkan waktu bertemu dengan kalian.

Tua itu pasti, namun dewasa itu pilihan. Dewasalah dalam memilih, pilihlah orang yang sudah dewasa!. Maafkan bila saya berlagak dewasa.

"Pagar 3 milyar, mobil dinas 100 juta, total 3 milyar 100 juta. Asyik, udah bisa ngajuin anggaran lagi nih" tiba-tiba seorang teman yang terlibat diskusi pelik ini berkata.

SINGKONG DIKASIH RAGI! TAPE DEH!

Yafi Rochadi, NPWP No. 47.114.825.4-076.000 hehehehehe.

Monday, June 23, 2008

SALKOMSEL

"Blog lu kurang! ... kurang banyak postingan!" kata seorang teman lama di SMA.

Lucunya lagi, teman saya ini sumpah demi ALLAH tidak pernah melontarkan sedikitpun kata pada saat kami sama-sama di SMA, not even hi and bye. Tetapi sekarang dengan dibantu milis eksklusif kami, banyak dari kami yang sudah tercerai-berai entah kemana bersatu kembali dengan lagu kebangsaan nostalgia SMA.

Ada yang dahulu jadi 'patokan' angkatan sekarang sudah jadi polisi sukses, ada yang sudah menetapkan diri menjadi enterpreneur sejati, ada yang sudah berjasa menggulirkan reformasi 1998, ada yang menjadi direktur (bukan di reken batur lho), ada yang jadi wartawan dan ada yang biasa-biasa saja seperti Saya.

Kami yang tadinya tidak saling bertegur sapa, namun seiring laju usia, kami menjadi saling ramah tanpa ada rasa terpaksa sama sekali. What a wonderful society we have made.

Seiring berkembangnya jaman, dalam waktu yang tidak lama milis kami bertumbuh dan mempertemukan banyak lagi teman-teman lewat social networking seperti friendster, fupei, facebook, frenszone dan lain-lain. Terlihat dari pesan-pesan yang saling terkirim, sebenarnya kami pada saat itu sudah saling memperhatikan.

Si Anu yang sekelas di les bahasa inggris, si Inu yang tidak punya rok selain rok sekolah saking tomboy-nya si Inu itu, si Uni yang punya teman tapi mesra, si Ena yang pernah dihukum salah satu guru galak di SMA dan banyak lagi hal-hal yang ternyata membekas dalam hati setiap kami. Ternyata kami saling memperhatikan satu sama lain.

Ditengah kecamuk pikiran karena teman saya tadi bilang blog ini kurang postingan, ternyata saya sadar bahwa ada satu keindahan yang sebenarnya sudah kami temukan jauh pada saat kami belajar di SMA yaitu saling memperhatikan satu sama lain.

Dan pada saat milis kami terbentuk, barulah perhatian-perhatian tersebut terkatakan pada satu sama lain. Tentunya dikarenakan kami berasal dari satu SMA, sehingga bahasa nostalgia kami sama, pola komunikasi kami sama mengacu pada sekolah kami dahulu.

Tiba-tiba Saya berpikir, bukankah Indonesia bisa diumpamakan sebuah sekolah?, bukankah rakyat Indonesia bisa diumpamakan murid-murid sekolah?, bukankah kita dapat saling memperhatikan karena berasal dari satu sekolah?, mengapa kita harus menunggu 'lulus' dahulu baru saling memperhatikan?, kenapa tidak dari sekarang?, dan banyak lagi yang Saya pikirkan tentang kenapa bangsa ini tidak saling memperhatikan.

Terus terang saat ini saya hanya dapat bersyukur saya bisa menambah postingan blog Saya ini, namun apabila Anda bisa melakukan lebih, kenapa tidak?

SALam KOMpak SELalu!

Friday, June 13, 2008

SANG IMAM

Jum'at minggu yang lalu, Saya shalat di masjid dekat kantor. Penuh sesak dengan para jama'ah yang lain, Saya pun akhirnya mendapat tempat duduk untuk segera mendengarkan khotbah. Ternyata hari itu ceramah dibawakan dengan sangat mendayu-dayu dan dengan ragam tata bahasa yang puitis. Beberapa jama'ah mulai terlihat terkantuk-kantuk mendengarkan khotbah tersebut termasuk Saya sendiri. Beruntunglah apabila disaat shalat Jum'at, orang yang tertidur tidak perlu mengambil air wudhu lagi.

Sampai waktunya shalat didirikan, kembali sang imam membacakan surat dan bacaan shalat dengan mendayu-dayu membuat para jama'ah meng-amin-kan surat Al Fatihah dengan sangat panjang dan suara yang sayup-sayup sampai cenderung tak bertenaga.

Hari ini, Saya shalat Jum'at masih di masjid dekat kantor, tetap penuh sesak, tetap mendapat tempat duduk walaupun sesak namun ada yang lain dihari itu. Hari ini sang Khatib berkhutbah dengan penuh semangat, dengan menyala-nyala, sangat berapi-api. Terlihat sangat jelas perubahan suasana dari minggu lalu, hampir semua jama'ah mendengarkan dengan seksama dan dengan mata terbelalak lebar, sebagian bahkan mengangguk-angguk seperti mengerti (atau memang akhirnya mereka mengerti). Mereka terlihat lebih bersemangat.

Kemudian sampai waktunya shalat didirikan, sang Imam yang tadi juga merangkap sebagai khatib membacakan surat dan bacaan shalat dengan pola yang sama ketika Ia membawakan khutbah. Sangat bersemangat.

Tiba waktu meng-amin-kan surat Al Fatihah yang dibaca sang Imam, para jama'ah seraya berteriak lantang menyuarakan kata "amin". Sama semangatnya dengan sang Imam, sama berapi-apinya dengan sang Imam.

Kembali ke kantor, Saya berpikir dalam hati. Kalau saja pemimpin negara ini sama dengan sang Imam tadi, bersemangat dan berapi-api, tentu "Jama'ah" nya akan serta merta mengikuti pemimpinnya. Mereka akan kembali bersemangat menghadapi segala persoalan baik persoalan diri maupun persoalan negara ini.

Tapi siapalah Saya di negara ini. Tidak lebih dari rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang mendayu-dayu ditengah rakyat yang hampir tertidur entah karena lelah atau memang malas mendengar.

Dan pada akhirnya walaupun berpoligami (sungguh ini tidak ada hubungannya) Aa' Gym memang benar. Mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Saya mau mulai dari sekarang. Eng ing eng ...

Sunday, June 1, 2008

HAM

Hak Azasi Manusia, sebuah kalimat sakti mandraguna di negeri ini. Semua tentang HAM, semua mengenai HAM, semua mengurusi HAM. Sejenak saya berpikir apakah memang sangat sakti HAM ini?, dan setelah berpikir agak lama dan agak pusing dibuatnya, saya menemukan jawaban bahwa HAM memang sakti!, sangat sakti!.

Dia bisa membuat aparat keamanan negeri ini termehek-mehek mengelola manajemen keamanan. Dia bisa membuat siapapun masuk TV jika membicarakannya, dia bisa memberikan makan kepada setiap umat yang mengelolanya bahkan hanya meneriakkan namanya. Dia bisa segalanya.

Aktivis HAM, pejuang HAM, pemberani HAM atau apalah namanya merupakan sebuah titel yang sangat berpengaruh saat ini. HAM menjadi tolok ukur kepintaran jagad IPOLEKSOSBUDHANKAM (masih ingat apa kepanjangannya?).

Tapi sekarang marilah kita sejenak berpikir tentang Hak. Saya yakin dibelahan dunia manapun bahkan tertulis di kitab suci agama apapun hak akan berhak diperoleh apabila sudah menjalankan kewajiban (betul?), kita berhak mendapatkan gaji apabila sudah menjalankan kewajiban berkantor selama satu bulan, kita berhak mendapat pahala apabila sudah menjalankan kewajiban syariat yang ditetapkan.

Pria berhak mempersunting wanita jika sudah menjalankan kewajiban antara lain menyatakan cintanya kepada sang wanita, menjalankan kewajiban memenuhi kebutuhan lahir bathin sang wanita bahkan berhak beristri lebih dari satu apabila kewajibannya untuk adil seadil-adilnya bisa Ia jalankan (sungguh hanya Nabi Muhammad SAW yang bisa, percayalah!).

Kembali ke masalah HAM, pertanyaannya adalah apakah HAM hanya dimiliki segelintir orang saja? hanya milik mahasiswa saja?, hanya milik orang yang bukan penegak disiplin saja? jika jawabannya ya, maka sungguh Anda tidak berhak menyatakan hal tersebut.

Hak Azasi Manusia juga dimiliki oleh polisi & tentara, karena mereka juga MANUSIA dan ALLAH SWT mentakdirkan mereka menjadi aparat penegak hukum. Mereka berhak dihormati, mereka berhak diberikan penghargaan setinggi-tingginya atas kerja mereka mengamankan negeri ini, mereka berhak diberi sedikit luapan terima kasih yang saat ini terbanjiri untuk para pejuang HAM, baik yang sudah meninggal, atau yang akan meninggal (karena sejatinya semua orang akan meninggal bukan?).

Mahasiswa berhak melakukan demo jika sudah melapor dan diberikan ijin, melakukan demo dengan suasana yang kondusif, melakukan demo sesuai aturan. Semuanya diatur agar masyarakat yang karena haknya tidak ingin larut dalam euphoria democrazy ini tidak terkena imbas semisal macet dan lain-lain.

Polisi berhak untuk tidak dilempari bom molotov (karena buat mereka lebih baik mati tertembus peluru daripada terbakar hidup-hidup), polisi berhak untuk tidak dikata-katai oleh kata-kata kotor karena sejatinya mereka juga manusia biasa.

Jadi kalau mahasiswa hanya sekedar berteriak melepaskan penat keadaan negara ini tanpa melakukan hal yang harus ditindak tegas, saya pikir tentunya tidak akan ada istilah "penyerangan" kedalam kampus.

Saya hanya membayangkan para teman penegak hukum kita yang pada saat pagi berangkat kerja sudah di-ribet-kan dengan urusan uang sekolah anak, kontrakan rumah yang belum terbayar, angkutan umum yang menjerat leher dan ransum yang hanya nasi, telor dan sayur. Saya hanya membayangkan alangkah hebatnya mereka dengan segala macam beban hidup tersebut masih bisa menahan emosi untuk tidak bertindak represif.

Namun bayangan saya ada yang benar ada yang salah tentunya. Benar mereka juga terhimpit beban hidup sama seperti teman-teman mahasiswa dan keluarganya, namun salah saya membayangkan mereka setara Nabi atau Rasul yang mempunyai kesabaran tingkat sangat maha tinggi, mereka hanya manusia biasa.

Mereka hanya "manusia", salah satu kata yang merangkaikan kalimat "Hak Azasi Manusia".

Jadi marilah kita tidak cepat-cepat menyimpulkan bahwa polisi adalah pelanggar HAM dan kita yang orang sipil merupakan pemilik HAM sejati. Jika kita meng-klaim diri kita adalah manusia, maka kita berkewajiban menjaga perasaan manusia yang lain dan oleh sebab itu, kita akan diberikan hak untuk hidup damai sejahtera oleh ALLAH SWT.

By the way, Saya bukan pembela polisi dan juga bukan pemusuh mahasiswa, bahkan mobil saya sudah tersangkut masalah dengan polisi tiga tahun belakangan ini, tentu masalah saya ini bisa selesai dengan cara yang anda pasti tahu, namun pemikiran "kalo dicubit itu sakit, makanya jangan nyubit" sangatlah benar adanya.