Wednesday, August 13, 2008
JAS KUNING
SANG SAKAW MERAH PUTAW
Friday, July 25, 2008
PENYAKIT KELAMIN
Wednesday, July 23, 2008
CURRICULUM VITAE
Saturday, July 12, 2008
8438-VIII
Friday, June 27, 2008
AKHIL BALIGH
Monday, June 23, 2008
SALKOMSEL
Friday, June 13, 2008
SANG IMAM
Jum'at minggu yang lalu, Saya shalat di masjid dekat kantor. Penuh sesak dengan para jama'ah yang lain, Saya pun akhirnya mendapat tempat duduk untuk segera mendengarkan khotbah. Ternyata hari itu ceramah dibawakan dengan sangat mendayu-dayu dan dengan ragam tata bahasa yang puitis. Beberapa jama'ah mulai terlihat terkantuk-kantuk mendengarkan khotbah tersebut termasuk Saya sendiri. Beruntunglah apabila disaat shalat Jum'at, orang yang tertidur tidak perlu mengambil air wudhu lagi.
Sampai waktunya shalat didirikan, kembali sang imam membacakan surat dan bacaan shalat dengan mendayu-dayu membuat para jama'ah meng-amin-kan surat Al Fatihah dengan sangat panjang dan suara yang sayup-sayup sampai cenderung tak bertenaga.
Hari ini, Saya shalat Jum'at masih di masjid dekat kantor, tetap penuh sesak, tetap mendapat tempat duduk walaupun sesak namun ada yang lain dihari itu. Hari ini sang Khatib berkhutbah dengan penuh semangat, dengan menyala-nyala, sangat berapi-api. Terlihat sangat jelas perubahan suasana dari minggu lalu, hampir semua jama'ah mendengarkan dengan seksama dan dengan mata terbelalak lebar, sebagian bahkan mengangguk-angguk seperti mengerti (atau memang akhirnya mereka mengerti). Mereka terlihat lebih bersemangat.
Kemudian sampai waktunya shalat didirikan, sang Imam yang tadi juga merangkap sebagai khatib membacakan surat dan bacaan shalat dengan pola yang sama ketika Ia membawakan khutbah. Sangat bersemangat.
Tiba waktu meng-amin-kan surat Al Fatihah yang dibaca sang Imam, para jama'ah seraya berteriak lantang menyuarakan kata "amin". Sama semangatnya dengan sang Imam, sama berapi-apinya dengan sang Imam.
Kembali ke kantor, Saya berpikir dalam hati. Kalau saja pemimpin negara ini sama dengan sang Imam tadi, bersemangat dan berapi-api, tentu "Jama'ah" nya akan serta merta mengikuti pemimpinnya. Mereka akan kembali bersemangat menghadapi segala persoalan baik persoalan diri maupun persoalan negara ini.
Tapi siapalah Saya di negara ini. Tidak lebih dari rakyat yang dipimpin oleh pemimpin yang mendayu-dayu ditengah rakyat yang hampir tertidur entah karena lelah atau memang malas mendengar.
Dan pada akhirnya walaupun berpoligami (sungguh ini tidak ada hubungannya) Aa' Gym memang benar. Mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Saya mau mulai dari sekarang. Eng ing eng ...
Sunday, June 1, 2008
HAM
Dia bisa membuat aparat keamanan negeri ini termehek-mehek mengelola manajemen keamanan. Dia bisa membuat siapapun masuk TV jika membicarakannya, dia bisa memberikan makan kepada setiap umat yang mengelolanya bahkan hanya meneriakkan namanya. Dia bisa segalanya.
Aktivis HAM, pejuang HAM, pemberani HAM atau apalah namanya merupakan sebuah titel yang sangat berpengaruh saat ini. HAM menjadi tolok ukur kepintaran jagad IPOLEKSOSBUDHANKAM (masih ingat apa kepanjangannya?).
Tapi sekarang marilah kita sejenak berpikir tentang Hak. Saya yakin dibelahan dunia manapun bahkan tertulis di kitab suci agama apapun hak akan berhak diperoleh apabila sudah menjalankan kewajiban (betul?), kita berhak mendapatkan gaji apabila sudah menjalankan kewajiban berkantor selama satu bulan, kita berhak mendapat pahala apabila sudah menjalankan kewajiban syariat yang ditetapkan.
Pria berhak mempersunting wanita jika sudah menjalankan kewajiban antara lain menyatakan cintanya kepada sang wanita, menjalankan kewajiban memenuhi kebutuhan lahir bathin sang wanita bahkan berhak beristri lebih dari satu apabila kewajibannya untuk adil seadil-adilnya bisa Ia jalankan (sungguh hanya Nabi Muhammad SAW yang bisa, percayalah!).
Kembali ke masalah HAM, pertanyaannya adalah apakah HAM hanya dimiliki segelintir orang saja? hanya milik mahasiswa saja?, hanya milik orang yang bukan penegak disiplin saja? jika jawabannya ya, maka sungguh Anda tidak berhak menyatakan hal tersebut.
Hak Azasi Manusia juga dimiliki oleh polisi & tentara, karena mereka juga MANUSIA dan ALLAH SWT mentakdirkan mereka menjadi aparat penegak hukum. Mereka berhak dihormati, mereka berhak diberikan penghargaan setinggi-tingginya atas kerja mereka mengamankan negeri ini, mereka berhak diberi sedikit luapan terima kasih yang saat ini terbanjiri untuk para pejuang HAM, baik yang sudah meninggal, atau yang akan meninggal (karena sejatinya semua orang akan meninggal bukan?).
Mahasiswa berhak melakukan demo jika sudah melapor dan diberikan ijin, melakukan demo dengan suasana yang kondusif, melakukan demo sesuai aturan. Semuanya diatur agar masyarakat yang karena haknya tidak ingin larut dalam euphoria democrazy ini tidak terkena imbas semisal macet dan lain-lain.
Polisi berhak untuk tidak dilempari bom molotov (karena buat mereka lebih baik mati tertembus peluru daripada terbakar hidup-hidup), polisi berhak untuk tidak dikata-katai oleh kata-kata kotor karena sejatinya mereka juga manusia biasa.
Jadi kalau mahasiswa hanya sekedar berteriak melepaskan penat keadaan negara ini tanpa melakukan hal yang harus ditindak tegas, saya pikir tentunya tidak akan ada istilah "penyerangan" kedalam kampus.
Saya hanya membayangkan para teman penegak hukum kita yang pada saat pagi berangkat kerja sudah di-ribet-kan dengan urusan uang sekolah anak, kontrakan rumah yang belum terbayar, angkutan umum yang menjerat leher dan ransum yang hanya nasi, telor dan sayur. Saya hanya membayangkan alangkah hebatnya mereka dengan segala macam beban hidup tersebut masih bisa menahan emosi untuk tidak bertindak represif.
Namun bayangan saya ada yang benar ada yang salah tentunya. Benar mereka juga terhimpit beban hidup sama seperti teman-teman mahasiswa dan keluarganya, namun salah saya membayangkan mereka setara Nabi atau Rasul yang mempunyai kesabaran tingkat sangat maha tinggi, mereka hanya manusia biasa.
Mereka hanya "manusia", salah satu kata yang merangkaikan kalimat "Hak Azasi Manusia".
Jadi marilah kita tidak cepat-cepat menyimpulkan bahwa polisi adalah pelanggar HAM dan kita yang orang sipil merupakan pemilik HAM sejati. Jika kita meng-klaim diri kita adalah manusia, maka kita berkewajiban menjaga perasaan manusia yang lain dan oleh sebab itu, kita akan diberikan hak untuk hidup damai sejahtera oleh ALLAH SWT.
By the way, Saya bukan pembela polisi dan juga bukan pemusuh mahasiswa, bahkan mobil saya sudah tersangkut masalah dengan polisi tiga tahun belakangan ini, tentu masalah saya ini bisa selesai dengan cara yang anda pasti tahu, namun pemikiran "kalo dicubit itu sakit, makanya jangan nyubit" sangatlah benar adanya.