Sunday, October 25, 2015

SETAN BERNAMA KENIKMATAN

Cukup provokatif bukan judulnya? apa benar kenikmatan adalah setan? jawabannya tergantung Anda! tapi satu hal yang pasti, pada saat Malaikat yang diutus ALLAH SWT sedang mengirimkan kenikmatan kepada Kita, tepat dibelakangnya setan mengintai untuk menggoda kita mengingkari nikmat tersebut, sebesar atau sekecil apapun.

Kapan terakhir kali Anda mengucap syukur atas udara yang kita hirup? terus terang Saya baru sekali melakukannya, tepat  sebelum kalimat ini Saya tuliskan. Ya, Saya akui Saya belum pernah sampai sesaat sebelum kalimat ini dibuat mengucapkan syukur atas udara yang Kita hirup ini (semoga ALLAH SWT memaafkan Saya). Atau kapan terakhir kali Anda mengucap syukur atas tidur Anda yang nyenyak? lebih ekstrim lagi kapan terakhir kali Anda bersyukur atas pertengkaran yang Anda alami dengan pasangan Anda? lebih ekstrim lagi? kapan terakhir kali Anda bersyukur atas ketidak punyaan Anda? ketidak berdayaan Anda? ketidak becusan Anda? Kegagalan Anda? Semoga kita semua ditakdirkan ALLAH SWT menjadi ahli syukur.

Semua tidak terjadi secara kebetulan menurut teori Harun Yahya yang Saya baca dibuku kedua tetralogi Laskar Pelangi, Alhamdulillah Saya diberikan kesempatan membacanya. Saya percaya itu, sangat-sangat percaya. sebutkan satu saja kejadian dimuka bumi ini yang terjadi karena kebetulan? kebetulan melintas dijalan dan ban mobil kempes? itu karena ALLAH SWT ingin memberikan rizki untuk siapapun yang bersinggungan dengan kejadian tersebut, penunggu warung yang kita mintai pertolongan mendorong mobil agar lebih kepinggir, tukang tambal ban yang menambal ban mobil kita, asisten penambal ban yang kita beri tips. 

Saya tidak tahu apakah Saya sudah gila, tapi menurut Saya, semua kejadian yang terjadi dimuka bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena ALLAH SWT ingin memberikan rizkiNYA. Rizki atas pelajaran yang kita ambil sehabis bertengkar hebat dengan pasangan kita, rizki ingatan atas segala nikmat yang diberikan pada ketidak punyaan kita jika dibandingkan dengan orang yang lebih menderita dan banyak lagi rizki yang dilimpahkan jika saja kita bisa melihatnya dari sudut pandang yang positif.

Apa namanya jika rizki atau kenikmatan tersebut merupakan bencana seperti di Sidoarjo? sedikit nakal Saya bertanya dalam hati mempertanyakan keagunganNYA. Satu menit tiga puluh dua detik, itu waktu yang Saya butuhkan untuk menjawabnya sendiri. "Supaya pada saat tertimpa masalah atau bencana lagi, mereka sudah merasakan hal yang mereka anggap terpahit dalam hidup, sehingga musibah berikut terasa ringan bagi mereka" seperti Cash in Advance-lah kira-kira. Terus terang Saya berdo'a agar tidak diberikan cobaan seperti yang ditimpakan kepada Saudara kita di Sidoarjo, tapi apakah Saya mempunyai wewenang untuk menentukan cobaan apa yang akan ditimpakan kepada Saya? Anda tahu jawabannya.

Kita tidak usah lagi membicarakan mengapa orang lain dicoba oleh ALLAH SWT dengan diberikan kekayaan yang melimpah, hal itu sangat mudah dijawab, dan jika mereka tidak melakukan apa yang digariskan atas kekayaannya tersebut, itu adalah pilihan hidup mereka.

Dulu Saya iri dengan etnis Tionghoa dengan segala gemerlap kekayaannya. Setelah kemarin usia Saya mencapai 35 tahun, baru Saya mengerti dan yakin bahwa inilah keadilan yang dijanjikan ALLAH SWT, mereka bekerja sangat giat, selain giat mereka sangat tekun, tidak mungkin bukan ALLAH SWT mengingkari janjinya?.

Enak dong anak yang dilahirkan dari keluarga kaya? kata siapa? katarina? (masih ingat dengan jargon iklan jaman dulu ini?) Andai anak tersebut sudah paham tentang arti kekayaannya dan bagaimana Ayah Ibunya akan dimintai pertanggungan jawab atas anak yang dididiknya menggunakan harta tersebut, jangan heran kalau ada anak umur satu tahun sudah berusaha sekuat tenaga pergi ke masjid, musholla, gereja, klenteng dan rumah ibadah lainnya karena ketakutan Ayah Ibunya masuk neraka karena perbuatannya (ups ... topik baru, nanti kita bahas).

Jadi, katarina, bukan kata Saya lho, dalam setiap kenikmatan ada tanggung jawab, dalam setiap tanggung jawab ada reward and punishment, dalam setiap reward and punishment kembali ada rizki yang dilimpahkan, begitu seterusnya berulang-ulang dalam setiap kejadian disetiap kesempatan.

Jadi sebenarnya hidup kita ini hanya untuk memperoleh rizki dan kenikmatan tiada tara dari ALLAH SWT? silahkan anda jawab!, yang pasti kenikmatan bukanlah setan untuk Saya.

Alhamdulillah ... ada orderan masuk, Saya harus kembali bekerja. 

---

Ditulis 4 November 2008. Karena satu dan lain hal, tulisan ini harus saya pindah ke blog ini.

MULTI LEVEL MARKETING

Tentunya Anda pernah mendengar bahkan bersentuhan dengan Multi Level Marketing atau biasa disingkat MLM bukan?. Saya sendiri pernah menjadi anggota 3 MLM walaupun saat ini sudah tidak aktif lagi. Hebatnya lagi ternyata bisnis MLM ini apabila dijalankan sesuai dengan makna awalnya tanpa direkayasa menjadi money game adalah sebuah jalan keluar yang dahsyat bagi perekonomian kita (meminjam kata Pak Suryadharma Ali lho ini).
Betapa tidak?, sekecil apapun yang orang lain lakukan selama dia direferensikan oleh kita, maka kita akan mendapat keuntungan juga, sedikit atau banyaknya keuntungan tersebut tentulah berpulang kepada sang penerima, apabila syukur menjadi tiang hidup, maka Ia akan berucap Alhamdulillah selama mungkin, apabila kufur Ia akan lebih giat lagi mencari downline. Hebat bukan? Orang yang tidak bersyukur saja malah ditambah tenaga dan semangatnya, apalagi orang yang bersyukur?.
Tapi kita tidak sedang membicarakan syukur-kufur disini, terlalu bahaya apabila diulas oleh Saya yang hanya tahu setitik. Saya ingin membicarakan bagaimana konsep MLM yang sedemikian dahsyat itu tidak termanfaatkan disemua lini kehidupan kita (atau belum barangkali).
Ingatkah Anda pada saat seseorang baik itu teman, orang tua bahkan musuh Anda menawarkan produk MLM-nya pertama kali kepada Anda?. Apa yang Anda rasakan? Saya berani bertaruh 90 persen ketika itu adalah penolakan dari diri Anda bukan? Baik secara halus maupun kasar. Lalu kenapa Anda menolaknya? tentunya karena Anda tidak percaya dengan kemampuan konsep dasar MLM itu sendiri, paling tidak itu yang Saya alami pertama kali. 
“TIDAK PERCAYA” (kurang apalagi, sudah Saya beri tanda kutip, hurufnya di-bold dan diberi garis bawah), tidak percaya merupakan kata kunci dari semua penolakan Anda terhadap apapun. Anda tidak percaya bahwa si orang tersebut murni menawarkan solusi mudah murah kepada Anda, Anda tidak percaya bahwa niat si orang tersebut murni karena ingin membantu Anda, Anda tidak percaya konsep MLM akan mensejahterakan Anda.
Saya mahfum jika sekarang banyak money game berkedok MLM, Saya mahfum karena kesibukan Anda waktu yang tersisa hanya Anda bisa gunakan untuk sekedar menarik nafas setelah didera pekerjaan berat seharian, sungguh Saya mahfum.
“TAPI” yang ingin Saya tawarkan kali ini sungguh berbeda dengan MLM yang lain. Sebenarnya Anda sudah diperkenalkan dengan konsep MLM ini jauh sejak Anda kecil dahulu, jauh sebelum Anda sendiri sadar bahwa Anda adalah seorang downline dari seseorang. Saya namakan MLM ini “Positivity Multi Level Marketing”. Jika bisa dikembangkan, MLM ini berpotensi untuk membuat Indonesia kembali berjaya, kembali menjadi negeri yang disegani oleh negara-negara lain.
Analoginya gampang, apabila kita ibadah berjama'ah maka pahala akan berlipat ganda bukan?, apabila kita membaca kitab suci, pahala akan didapat juga oleh paling tidak orang tua kita dan guru yang mengajar kita bukan?, apabila kita menyingkirkan duri dari jalan, maka kita akan mendapat pahala dari semua orang yang melintas dijalan tersebut bukan? Atau jika kita membantu memberikan sebongkah batu bata untuk membangun rumah ibadah, pahala kita akan berlipat sebanyak yang beribadah sepanjang masa bangunan  itu berdiri bukan? (ini bukan janji Saya lho, hanya Tuhan YME yang tahu pahala seseorang).
Begitu juga MLM ini, hanya dengan berbuat satu hal positif setiap hari  untuk dikerjakan dan mengingatkan hal yang sama kepada satu orang lainnya. Misalnya kita bersantap siang dan mengingatkan seseorang untuk bersantap siang, cukup mudah bukan?, masih kurang hasilnya? Tingkatkan menjadi beribadah dan mengingatkan seseorang untuk beribadah. Jika masih kurang juga, tingkatkan lagi semampu Anda, sepositif yang Anda bisa.
Paling tidak Anda akan menjadi seseorang yang ramah, karena Anda makin banyak orang yang ramah, idealnya walaupun harus seratus atau seribu tahun lagi, bangsa ini kembali menjadi ramah, semua beribadah, semua bersedekah, semua saling mengingatkan.
“ANDA TIDAK PERCAYA?”, ini adalah janji Tuhan YME! Bukan Saya karang-karang tidak Saya lebihkan dan kurangkan.
---
Ditulis 29 Agustus 2008. Karena satu dan lain hal, harus dipindahkan ke blog ini.

EMANG SALAH SAYA APA?

Pernah baca headline "Istri Dibakar Suami Hidup-Hidup"? tentunya sering sekali bukan? apalagi jurnalisme yang sekarang kita anut menurut Saya si Bego bin Tolol ini adalah jurnalisme "yang penting headline". Makin 'nonjok' headlinenya, makin laku medianya.

Saat ini Saya sedang berpikir tentang sang suami yang tega membakar istrinya, lalu kenapa sang suami berani dan nekad melakukan kejahatan yang dia tahu akan ketahuan cepat atau lambat, kemudian saya persempit lagi ke pertanyaan dasar "emang salah saya apa?" yang berlaku dikedua belah pihak tentunya.

Mungkin sang suami adalah orang yang sangat pemarah dasarnya, ditambah keadaan ekonomi yang sangat menjerat leher ini dia semakin tidak dapat mengendalikan emosinya. Frustasi karena tidak dapat menyediakan kebutuhan lahir bagi keluarganya sang suami mungkin kemudian menjadi orang yang suka mabuk-mabukan (apalagi untuk mabuk sekarang lebih murah daripada untuk membeli sembako).

Karena lama tidak dapat menjalankan kewajiban lahiriah, dengan sendirinya kebutuhan batiniah akan distop oleh sang istri. Tambah pusing lagi kawan kita ini bukan?.

Sang istri yang tadinya sangat ramah dan menjaga sikap pada saat pacaran menjadi berubah juga 180 derajat kala sang suami pulang dengan tangan hampa, kata-kata kasar  yang menteror mental sang suami terburai lepas dari mulutnya. Sepanjang hari sepanjang waktu sepanjang masa.

Paling enak memang menyalahkan pemerintah atas keadaan ekonomi yang berujung krisis keluarga ini. Yang punya jabatan terhormat makin korup, yang tidak punya pekerjaan makin mabuk (dalam artian sebenarnya mabuk). With the perfect excuse, you can create the perfect crime and the perfect alibi (halah).

Tapi apakah memang harus begini jalannya? apakah Pancasila hanya menjadi kata-kata yang sekedar diucapkan saja pada saat harus diucapkan? padahal menurut Saya hanya pelu satu sila saja, ya! EKASILA! yaitu KETUHANAN YANG MAHA ESA. Ya lagi! setiap warganegara berkewajiban mempunyai Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan sebaik-baiknya. Menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.

Dan Saya yakin di agama manapun dan di kitab suci apapun, yang dijanjikan Tuhan adalah kita akan dapat bersikap adil dan beradab terhadap sesama manusia Indonesia, karena bersikap adil dan beradab, maka persatuan antar manusia Indonesia dapat dicapai sehingga tidak akan ada saling su'udzon antara pemimpin dan yang dipimpin, rakyat akan dapat dipimpin oleh sebuah permusyawaratan perwakilan sebagai hikmahnya, dan karena seluruh fungsi diatas dijalankan atas nama Tuhan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat akan dapat tercapai.

Kembali ke pertanyaan "emang salah saya apa?" apabila EKASILA tersebut dapat diwujudkan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka separah-parahnya, Saya ulangi: separah-parahnya jika sang suami pulang tidak membawa hasil dan dalam keadaan mabuk, maka sang istri akan hanya berkata:

"Kok pulangnya mabuk Pa?, kan sayang uangnya bisa dibelikan beras untuk makan". 

dari pada kata-kata provokatif seperti:

"Udah gak dapet duit, yang ada dibeliin miras, udah mabok sekarang malah pulang kerumah lagi, dasar laki-laki gak tau diuntung!".

Tapi pesan Saya, kalau Anda adalah laki-laki, empatikan diri Anda jika punya istri yang sedemikian dajjal pula. Sehingga pastinya anda akan berpikir dua ribu kali jika ingin melakukan perbuatan tersebut diatas.

Bukan tidak mungkin kita kaum laki-laki memerlukan Komnas tandingan seperti Komnas Perlindungan Lelaki karena sejatinya undang-undang KDRT juga berlaku untuk laki-laki bukan, atau malah bisa mungkin korban KDRT lebih banyak laki-laki daripada perempuan, hanya saja yang terekspos media hanya wanita saja dengan dalih "headline-nya lebih nonjok".

Jadi, pernyataan "kalo dicubit sakit ya jangan nyubit" (kedua kalinya saya ungkapkan di blog ini) berlaku untuk sang suami dan sang istri, usahakanlah agar dielus-elus saja supaya sakitnya cepat hilang jika tercubit sambil berusaha menyampaikan pesan agar sang pasangan jangan mencubit lagi.

Menutup tulisan ini, Saya mau meng-klaim bahwa peribahasa "gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati ditengah" sudah tidak dapat dipakai lagi. Bodoh sekali si pelanduk sudah tahu ada gajah berbaku hantam masih mau ada ditengah. Yang lebih cocok adalah "gajah bertarung dengan gajah, yang sudah pasti rusak adalah rumput tempat para gajah bertarung".  

Jika antar pasangan di Indonesia saja sudah bertarung, maka keadaan sekitar merekalah yang akan rusak, ya anaknya, ya keluarganya. Akhirnya kerusakan tersebut akan meluas seantero Indonesia.

---

Ditulis 18 Juli 2008. Karena satu dan lain hal harus dipindahkan ke blog ini.

Thursday, April 9, 2009

PEMILU

Agak lama juga Saya tidak mem-posting tulisan dari terakhir tanggal 4 November 2009. Sebenarnya karena Saya tidak mau latah ikut-ikutan mengomentari pemilu seperti orang-orang kebanyakan, tapi dengan banyaknya saling-silang pemilu kali ini, Saya jadi gatal untuk ingin sedikit berkomentar. Bolehkan penonton?.

Pemilu kali ini sepertinya diadakan sebagai ajang cari pekerjaan bagi segelintir orang yang 'mengaku' peduli dengan keadaan Indonesia, mereka berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai wakil kita baik di DPR, DPD dan DPRD dengan iming-iming 'yang lebih baik'. Betapa tidak? partai yang tadinya telah menentukan orang-orang terbaik
(atau terbesar membayar uang penempatan) berdasarkan urutan nama calon pada akhirnya harus kalah atas nama persamaan hak menjadi 'siapa saja' bisa menang karena yang dicontreng adalah nama calon. Hukum pemasaran berkata bahwa siapa saja yang mempunyai awareness lebih besar, akan berpeluang kuat diingat oleh pelanggan, oleh karenanya akan menimbulkan impulse buying yang kuat juga.

Lupakan kualitas, intelektualitas, integritas dan tas-tas yang lain, cukup memajang nama sepanjang masa kampanye dan lakukan kampanye secara
heavy maka peluang untuk terpilih semakin besar. Dalam kata lain, uang menentukan semuanya.

Mari menghitung:

Gaji per bulan termasuk tunjangan 46 juta, berarti 552 juta setahun, dikali 5 tahun berarti 2,7 milyar. Pengeluaran diluar tanggungan katakanlah setengahnya, sehingga yang bisa ditabung dalam lima tahun 1,3 milyar.

Modal kampanye berupa uang penempatan (jika ada), bantuan natura, bantuan program, barang cetakan, biaya galang massa, lobby-lobby politik dan yang lainnya yang tidak kita ketahui katakanlah sebesar 1 milyar.

Maka masih ada 'cuan' sebesar 300 juta atau 60 juta pertahun atau 5 juta sebulan.

Jika demikian adanya, masih dalam batasan wajar apabila mereka mencalonkan diri. Memang mereka adalah pribadi-pribadi yang mengedepankan persoalan bangsa ini secara tulus dan ikhlas.

Tapi kemudian apa jadinya jika modal yang dikeluarkan lebih dari 1,3 milyar?. Karena hal ini sudah sangat banyak dibahas, maka sayang mata kita bukan jika kita kembali membahasnya?

Atau mungkin karena faktor kerja hanya 5 tahun, pensiunnya seumur hidup?. Jika anak-anak muda seperti (ehm) saya ini sudah menjadi anggota DPR, kerja lima tahun dapat pensiun? berarti diumur Saya ke-40 nanti Saya sudah paling tidak punya uang setiap bulannya sepanjang hayat dikandung badan? ini menarik.

Jadi anggaran pengeluaran pensiun anggota DPR selama ini sudah berapa? Sungguh memilukan bukan? lalu siapa sebenarnya yang membuat kita pilu?.

PEKERJA
kata dasar:KERJA
arti: seseorang atau institusi yang melakukan aktifitas KERJA

PEMILU
Kata dasar: PILU
arti: seseorang atau institusi yang melakukan aktifitas PILU

Jadi? PEMILU yang membuat kita PILU?

Tidak heran jika ada sebuah partai besar yang terbentuk atas dasar penolakan terhadap PEMILU, namanya partai Pek Tay ... xixixixixi.



Wednesday, August 13, 2008

JAS KUNING

The great Soekarno (for some people, definitely not me!) once said "JAS MERAH", Jangan Sekali-Sekali Meninggalkan Sejarah. Baru hal inilah yang menjadi kata sepakat antara Saya dan Pak Karno, karena sejarah merupakan titian perjalanan atas sebuah perjuangan.

Sejarah Saya percaya menjadi sebuah pembuktian atas segala hal apapun dimuka dunia ini, sejarah Saya percaya akan terulang dikemudian hari apabila seseorang tidak dapat mencerna makna yang tersirat dan tersurat dalam perjalanannya.

Sejarah tertabrak mobil karena menyeberang jalan tidak pada tempatnya akan terulang apabila tidak disikapi dengan perubahan pola menyeberang jalan yang signifikan semisal di jembatan penyeberangan. Harus signifikan karena bila hanya di zebra cross, resiko tertabrak tetap ada mengingat keadaan lalu lintas saat ini (he he he).

Sedemikian pentingnyakah sejarah untuk selalu kita kenang? tentu!. Sejarah menjadikan kita selalu ingat atas segala yang seseorang, kelompok atau siapa-apapun lakukan.

Misalnya sejarah peristiwa 27 Juli yang mana berhasil mengorbitkan Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu tonggak sejarah ketika Indonesia dipimpin oleh presiden wanita pertama. Sayangnya pada saat peringatan sejarah tersebut tahun ini tidak dihadiri oleh Megawati sendiri. Menurut petinggi parpol-nya mereka tidak ingin larut dalam sejarah kelam dan ingin menatap masa depan gemilang. Lho? yang berucap Jas Merah itu Bapaknya siapa ya numpang tanya?.

Namun akhir-akhir ini Saya sering berpikir untuk tidak lagi ber-Jas Merah ria, maksudnya Saya akan tetap melihat sejarah sebagai salah satu kemudi hidup, namun porsinya Saya akan kecilkan. Kemudian Saya akan membesarkan porsi JAS KUNING.

JANGAN SEKALI-SEKALI KAU INGKAR (maksa ya? lah Pak Karno aja boleh maksa, masa Saya gak boleh?)

Jadi, yang sudah kepalang ingkar jangan sampai ingkar lagi, yang belum ingkar janganlah sampai ingkar. Mari biasakan berjanji dan menepati janji atau jangan berjanji jika tidak bisa (atau tidak mau) menepati. Jangan cari pembenaran terhadap segala keingkaran, baik dibalut masalah perekonomian negara atau apapun juga.

Sekali lagi, bukannya Saya benci 'MERAH' ... tetapi karena lebih senang 'KUNING'.

SANG SAKAW MERAH PUTAW

Artis tertangkap karena narkoba, sudah basi beritanya bukan?, jadi tidak usahlah kita bahas, karena justru narkoba dan permasalahannya yang tidak pernah tuntas dibahas di negeri ini. Berbekal apa yang Saya ketahui mudah-mudahan Saya bisa sedikit berbagi pesan untuk menuntaskan.

Tahukah Anda bahwa pengguna narkoba (dalam hal ini shabu dan putaw) yang baru sehari dengan yang sudah berpuluh tahun akan langsung setingkat dan setara dalam berbagai hal? tingkat kecanduannya, tingkat keinginan sembuhnya, tingkat frustasi akan keinginan sembuhnya?. Oleh karena itu 'mencoba' dengan tekad sekuat baja untuk berhenti dikeesokan hari Saya jamin bukan merupakan hal yang bisa dilakukan oleh siapapun.

OLEH KARENANYA, JANGAN SEKALI-SEKALI MENCOBA!

Tahukah Anda bahwa pengaruh narkoba dalam darah akan hilang setelah paling lama 14 hari berhenti menggunakannya? pasti Anda sudah tahu bukan. Namun tahukah Anda bahwa setelah kondisi fisik yang bersih tersebut tidak diiringi kondisi psikis yang bersih?

Setelah badan bersih, Saya jamin otak akan tetap kotor dengan segala pemikiran tentang narkoba. Istilah keren dari hal ini adalah 'craving', dimana pengguna yang sudah bersih dari narkoba akan tetap berpikir tentang hal tersebut baik secara sadar dipikirkan atau lewat pencetus. Melihat alat yang digunakan untuk mengkonsumsi seperti jarum suntik (walaupun dilihat di apotik atau rumah sakit), jalan menuju rumah bandar, tempat-tempat dimana mereka mengkonsumsi (lingkungan rumah, dalam rumah, kamar, kamar mandi, mobil, dll), teman sesama pengguna dan ribuan pencetus lain termasuk berita-berita yang beredar setiap hari di televisi tentang narkoba dan peperangan aparat memberantasnya.

Ini adalah kondisi yang justru sangat berat diperangi, disaat media massa mengumbar berita tentang narkoba dalam konteks pemberitaan yang baik sekalipun, jutaan pengguna dan eks pengguna terpapar gambar dan suara yang senantiasa mengingatkan mereka dengan narkoba.

OLEH KARENANYA, BANTU MEREKA UNTUK TIDAK TERPAPAR BERITA TENTANG NARKOBA!

Tahukah anda metode penyembuhan yang paling efektif adalah kerelaan keluarga mengakui keberadaan sanak keluarganya yang terkena narkoba? Pada saat ada anggota keluarga yang 'sakit' (begitulah mereka mengistilahkan) maka seluruh keluarga menjadi 'sakit' dan perlu disembuhkan.

"Bagaimana keadaan Ibu? Bapak? Abang? Kakak?"

Saya ingat dengan jelas pada saat kami ditanya oleh seorang 'Bro' atau Counselor di rumah rehabilitasi. Dia tidak menanyakan keadaan Adik Saya, dia menanyakan keadaan kami anggota keluarganya. Berulang kali sampai akhirnya kami terbiasa menjawab dengan perkataan yang paling jujur tentang perasaan kami. Mereka berusaha menyembuhkan kami juga.

OLEH KARENANYA, JANGAN MENYANGKAL! APAPUN ITU!.

Tahukah Anda bahwa dalam perjalanan menyembuhkan pecandu narkoba kadang mereka dan keluarganya akan singgah di minimal 3 tempat yang salah sebelum bertemu yang benar?

Dokter yang bermetode mem-bom dengan pil penenang orang gila dalam proses detoksifikasi dan menjadikan pasiennya berliur, berpusing putar kesana kemari, sholat dan dzikir tak menentu dan hanya bertahan 1-2 menit hanya karena diperintahkan oleh sang dokter.

Atau seorang Kyai yang memerintahkan orang tua menanda tangani surat pasrah dan tidak menuntut apabila terjadi kematian atau kerusakan otak permanen apabila anaknya ingin masuk ke pesantren rehabilitasinya. Menurut kabar yang bisa dipercaya, dihari pertama mereka masuk pesantren tersebut, mereka harus 'mandi tobat' dengan digantung kakinya oleh para senior dan dicelupkan kedalam sungai dangkal penuh batu cadas. Mungkin karena terantuk bebatuan tersebutlah beberapa dari mereka meninggal atau rusak otaknya. Kalaulah mereka selamat sungguh mereka tidak beruntung karena tidak menjadi camat, metode yang sama dengan IPDN namun tanpa gelar.

Atau yang lebih gila lagi, seorang yang hanya menebarkan do'a kebadan pasien dengan jaminan keesokan harinya pasien akan sembuh.

OLEH KARENANYA, DIBUTUHKAN LEBIH DARI SEKEDAR HAL TERSEBUT DIATAS!

6 bulan sampai 1 tahun masa rehabilitasi dengan metode therapeutic community, kemudian 6 bulan sampai 1 tahun lagi masa re-entry, 3-5 juta sebulan delapan tahun lalu, entah berapa harganya saat ini. 60 juta setahun pada saat itu. Dan Alhamdulillah puji dan syukur Saya haturkan kehadirat ALLAH SWT, Saya dan Adik perempuan Saya tidak sedikitpun merasa iri dan dengki atas biaya yang orang tua kami keluarkan demi kesembuhan Adik Saya.

Biaya menjadi issue yang lain ketika seseorang merasa sanak keluarganya 'menghamburkan' uang untuk merehabilitasi dirinya atau keluarganya. Issue ini percaya atau tidak merupakan issue terbesar dalam proses penyembuhan lewat rehabilitasi.

OLEH KARENANYA, DIBUTUHKAN KASIH SAYANG UNTUK MENYEMBUHKAN MEREKA!

Ini merupakan sebagian kecil dari samudera luas bergelombang yang harus kami dan banyak keluarga lain hadapi demi menyembuhkan sanak keluarga. Keluarga tercerai berai biasa terjadi dan Alhamdulillah bukan kami.

Dan ketika Hendardi SH menyatakan perang terhadap hukuman mati bagi pengedar narkoba, Anda bisa bayangkan perasaan Saya?, atau ketika Sandra Dewi menjadi duta anti narkoba BNN? ingin rasanya Saya beradu pengetahuan dengannya tentang hal ikhwal narkoba (sekalian melihat paras cantiknya tentu saja), atau ketika BNN menyelenggarakan acara seremonial tentang narkoba dengan artis-artis papan atas dengan biaya negara?

Tunjuk satu pulau yang sangat luas, kirim orang-orang muda eks pecandu narkoba sekolah di Day Top Rehabilitation Center (paling dekat di Malaysia), bangun infrastruktur rehabilitasi (termasuk menggaji karyawannya secara sangat memuaskan untuk menghindari korupsi), gratiskan biaya rehabilitasi untuk mereka yang ingin sembuh, jangan yang dipaksa untuk sembuh.

Hukum mati pengedar narkoba karena sejatinya mereka telah mengambil nyawa sanak keluarga kita. ALLAH SWT saja memberlakukan hukuman mati bagi pembunuh, kenapa kita manusia merasa lebih tinggi keputusannya dibandikan DIA?

(Ditulis untuk mengenang kegigihan Ayah dan Ibu kami menyembuhkan Fadjar Maulana Rochadi, Adik kami yang saat ini Alhamdulillah "dihukum" ALLAH menjadi Penata Artistik di sebuah majalah pria dewasa setelah menyelesaikan kuliahnya di FSRD Trisakti. Saya bangga! InsyaALLAH hal ini tidak membuat kami jumawa karenanya)

Friday, July 25, 2008

PENYAKIT KELAMIN

Ada banyak jenis penyakit kelamin dimuka bumi ini. Semuanya seram, semuanya menyeramkan. Dan yang lebih seram lagi, penyakit kelamin bisa didapat hanya karena perbuatan sesaat yang belum tentu menyenangkan semisal salah ambil PSK (disangka perempuan ternyata laki-laki atau disangka 20 tahunan ternyata 40 tahunan he he he).

Seperti yang kita ketahui, alat kelamin adalah pintu kenikmatan duniawi-ragawi. Saking dahsyatnya "Ia" bisa menggantikan "kepala" beserta isinya, bisa memerintahkan apapun yang "dia" inginkan walaupun tidak banyak macam yang "dia" inginkan biasanya.

Saat ini bahkan ada penyakit kelamin yang bukan hanya merugikan sang empunya kelamin, namun semua orang yang bersinggungan dengan kelamin tersebut. Memang, semua penyakit kelamin dalam arti harfiah selalu akan merugikan siapapun yang bersinggungan dengannya. Tapi yang satu ini sangatlah luar biasa.

Penyakit kelamin ini dapat merusak tataran kenegaraan (wuidih ...). Dapat memutar balikkan keadaan dalam sekejap. Si baik menjadi buruk, si buruk menjadi baik atau si buruk menjadi lebih buruk. Penyakit kelamin ini biasanya menyerang orang yang berkuasa dalam hal apapun sebesar atau sekecil apapun kekuasaan itu.

Penyakit KELAkuan MINus (he he he ). Pantas saja Datuk (Kakek) Saya Almarhum berpesan kepada anak cucunya agar jangan pernah ada keturunannya yang menjadi punggawa penegak hukum dunia, mungkin bila beliau masih hidup sekarang beliau akan menambahkan militer (polisi atau tentara) dalam daftarnya.

Setelah saya berfikir kenapa, ternyata ya itu tadi, Datuk Saya takut kami keturunannya terjangkit penyakit kelamin. Beliau takut apabila kami merasakan nikmatnya berkuasa atas apapun kami akan menjadi lupa daratan dan cenderung menikmati penderitaan atau ketakutan seseorang.

Persis seperti yang terjadi saat ini di Indonesia. Bahkan berbondong-bondong (bahasa kerennya kolektif) mereka memainkan "kelamin"-nya, bahkan Ketua RT/RW sekalipun.

Bukan bermaksud men-generalisasi, namun apabila ada metode quick count untuk menghitung siapa yang mempunyai penyakit kelamin atau yang tidak dimana saja dimuka Indonesia ini, tentulah perimbangan yang paling mendekati normal adalah 60-40.

Dan yang paling dari semua paling, penyakit kelamin ini dapat dipelajari seluk beluknya sehingga penyakit ini dapat lestari sepanjang masa. Kita bisa menjadi bangsa yang berpenyakit kelamin!.

"PENYAKIT KELAMIN MELANDA INDONESIA!"

Sebuah headline yang menohok bukan? dan susahnya lagi, karena benchmark bahagia adalah uang bagi sebagian besar orang, maka kelamin ini bisa mendatangkan uang! (emang juga kelamin bisa datengin uang hue he he he ).

Wednesday, July 23, 2008

CURRICULUM VITAE

Familiar bukan dengan yang namanya CV atau Curriculum Vitae? tentu!, CV adalah dokumen penentu hidup seseorang dijaman yang serba susah ini. CV adalah corong suara sang empunya untuk meneriakkan namanya. Dengan kata lain, CV menjadi teramat penting lantaran CV merupakan sebuah alat ketuk. Ya! alat ketuk.

Pada umumnya CV akan terlihat sempurna apabila bagian-bagian didalamnya memperlihatkan sebuah peningkatan dalam karir seseorang. Pendidikannya, jabatan sebelumnya, tingkatan kursus yang diikuti, dan lain sebagainya. Semua harus menggambarkan peningkatan kualitas diri seseorang.

Pada suatu saat Saya harus keluar dari sebuah pekerjaan lantaran jabatan baru yang Saya emban tingkat atau levelnya malah menurun daripada sebelumnya walaupun gaji dan fasilitasnya malah naik. Sombongkah Saya? terserah Anda yang menilai. Namun pada saat itu Saya memikirkan bagaimana reaksi orang yang membaca CV Saya apabila menemukan bahwa Saya turun jabatan atau level atau pangkat.

Bukannya sombong dan menyombongkan diri, tapi apabila CV Saya terlihat seperti ini:

Bank Lippo, Tbk Cabang Jakarta Senen:
  1. Customer Sales Representative, 1996 - 1997.
  2. Administration Assistant, 1997 - 1998.
  3. Credit Relation Officer, 1998 - 1999.  
  4. Account Officer, 1999 - 2000.

Dua Synergy Communications:
  1. Project Officer, 2000 - 2001.
  2. Project Manager, 2001 - 2003.

Creative Resource Network Int'l:
  1. Event Producer, 2003 - 2005.

Point Act Brand Activation & Event Management:
  1. Event Producer, 2006 - 2007.
  2. Event Director, 2007 - Present.
 
Enak bukan dipandang mata? atau yang ini:

Mardiyanto
  1. Gubernur Jawa Tengah.
  2. Menteri Dalam Negeri.

Sutiyoso
  1. Pangdam Jaya.
  2. Gubernur Propinsi DKI Jakarta.
  3. Calon Presiden Republik Indonesia. (InsyaALLAH)  

Alamuhai, sedap nian.

Bandingkan dengan yang ini:

MR. X
  1. Menteri Pemuda dan Olah Raga.
  2. Anggota DPR-MPR.
  3. Gubernur NTB atau NTT. (Saya lupa)
  4. Gubernur Maluku Utara. (Dalam penyelesaian kasus)

Atau yang ini:

MR. Y
  1. Menteri Perkembangan Daerah Tertinggal.
  2. Calon Wakil Gubernur.

MRS. Z
  1. Menteri Peranan Wanita.
  2. Calon Gubernur.

Atau malah yang ini

MR. XYZ
  1. Pangdam Wirabuana.
  2. Menteri Perhubungan.
  3. Calon Wakil Presiden RI (gagal).
  4. Calon Wakil Gubernur Jawa Barat (gagal).
  5. Calon Bupati (belum diniatkan, InsyaALLAH tidak).

Apa yang bisa ditarik dari wacana diatas? kalau orang yang membacanya adalah orang yang sadar fisik dan mental, maka tentukanlah pendapat anda, namun apabila orang yang membacanya lelah fisik dan mental, maka akan terbaca "hebat ya, beliau masih dipercaya mengemban amanah walaupun semakin menurun tingkatnya".

Sumpe lu udah lelah fisik dan mental! 

Saturday, July 12, 2008

8438-VIII

Suatu sore saat akan berangkat main boling, seperti biasa Jakarta tidak lengkap dengan Machicha Mochtar-nya. Sementara padat merayap diujung bundaran Senayan dan masih terkena sekali lagi lampu merah sebelum memutar balik kearah Ratu Plaza dari arah Semanggi, tiba-tiba saya dikejutkan dengan manuver sebuah kendaraan sedan Mitsubishi Gallant Diamante berwarna hijau tentara (dan ternyata memang mobil tentara) dari arah Jl. Sisingamangaraja berputar kembali menuju Jl. Sisingamangaraja.

"Kan itu dilarang" dalam hati saya berpikir.
"Lumayanlah polisi dapet uang kopi sore" saya bersu'udzon.
"Lah lah lah ... kok polisi melengos aja liat pelanggaran" kembali saya berujar dalam hati.
"Independen bullshit nih Polri, yang jelas ngelanggar aja gak berani di stop-in cuman gara-gara warna-nya ijo".

Memang kalau dilihat dari plat nomornya, pastilah setingkat Kolonel keatas yang menumpang (ya menumpang dong, lha wong pake duit kita kok belinya) mobil tersebut. Mungkin daripada melanggar peraturan tidak tertulis antar penguasa, sang polisi kemudian berpura-pura tidak melihat pelanggaran tersebut.

Selebriti dalam konteks "manusia yang jadi sorotan publik" sedianya berbaik laku dalam setiap kesempatan sehingga image yang tertanam dalam benak manusia lain yang melihat akan paling sedikit menghargai atau paling ekstrim mengikuti kebaikan tingkah lakunya. Namun apa yang saya lihat sungguh sangat berbeda.

Pemimpin harus jadi suri tauladan. Kata-kata basi namun penuh arti ini kembali saya kemukakan dalam tulisan ini. Pemimpin adalah pengemudi, dia yang akan menjadi tolok ukur pengikutnya dan menjadikan kendaraan yang dikemudikannnya aman sampai ditujuan. Bukannya malah membuat hal yang bila diikuti oleh para terpimpin menjadikan bangsa ini "kacrut" meminjam istilah anak jaman sekarangnya.

Lebih basi lagi apabila memikirkan mereka-mereka seharusnya orang yang terpelajar, seharusnya lebih bisa menampilkan kesan terpelajarnya ketimbang kesan buruk seperti yang sudah saya kemukakan. Lebih buruk dari yang paling buruk, saya tidak dapat berbuat apa-apa, hanya dapat melihat karena saat itu lampu sedang menyala merah (sebagai orang Indonesia, wajar bukan saya bersifat defensif @#$%^%$).

Akhirnya lalu lintas yang saya lalui beranjak dan saya sampai di halaman parkir bowling center di salah satu pusat perbelanjaan Jakarta.

"Halo boss ... apa kabar?" seorang teman boling yang sedang turun dari kendaraannya menyapa saya.
"Woi boss ... baik-baik ... lu gimana?" ucap saya juga berbasa-basi.

Kendaraan teman saya ini sungguh idaman saya setelah kejadian di bundaran Senayan tadi, sebuah mobil jeep Cheeroke, warna hijau tentara, dengan plat nomor tentara yang nomornya tersembul dari bahan kuningan menandakan mobil ini biasa ditumpangi oleh paling rendah seorang Brigadir Jenderal.

Terus kalau begini siapa yang salah sih? supir sang kolonel entah diperintah oleh atasannya atau tidak?, sang Jendral yang mengijinkan anaknya memakai mobil dinas? atau saya yang belum punya uang untuk melapisi mobil saya dengan cat khas tentara?

Malamnya saya chat dengan seorang teman lama di SMP yang sekarang menjadi juragan cat mobil.

"Lu punya cat biru angkatan udara gak?"
"Mang napa?"
"Gw pengen nge-cat mobil gw jadi warna biru AU"
"Biar apa?"
"Biar aman aja gak diganggu polisi"
"Susah dapetnya bos, gak sembarangan bisa"
"Tapi bisa elu dapet kan?"
"Bisa sih, mobil lu apaan?"
"Kijang"
"Ya udah, 5 literan cukup kayaknya"

Tiba-tiba saya terkesiap, plat nomor saya bukan plat nomor Jakarta. Plat nomor saya dari Kalimantan Timur!.

"Bos, gak jadi deh ... setelah gw pikir gak worth it juga mau gaya-gayaan gitu"
"Lah elu bos ... gak jadi cuan dah gw"

Alhamdulillah, ALLAH SWT masih sayang sama saya. DIA tahu cara menghentikan saya dari bibit kearoganan yang nyata-nyata dibuat-buat.

PS: Seluruh kejadian nyata apa adanya saya ceritakan, yang saya samarkan hanya plat nomor pada judul tulisan ini.
     dari pada kena pasal, kan lebih baik menghindar bukan?

Piss!!!

Friday, June 27, 2008

AKHIL BALIGH

"DISERET AJA, GEBUKIN TERUS TEMBAK KEPALANYA. DEMO KOK NYUSAHIN ORANG LAIN" kata-kata sangat provokatif ini adalah yang paling provokatif yang dapat Saya temukan diantara komentar teman-teman Saya di icon YM-nya pada saat terjadinya insiden Semanggi, yang entah insiden Semanggi keberapa. Walaupun sekilas, nampak jelas sekali teman Saya ini sangat jengkel dengan ulah demonstran yang nyata-nyata mengganggu ketertiban umum dijalan protokol ibukota, jalan yang sedianya dilewati hampir seluruh pelaku ekonomi di Jakarta khususnya dan di Indonesia umumnya.

Dalam suatu obrolan ringan, Saya dan beberapa teman berdiskusi. Sudah separah itukah masyarakat menilai aksi demo mahasiswa? sampai pada titik ekstrim teman saya mendukung aparat keamanan untuk melakukan tindakan sangat represif seperti itu? jawabannya terserah Anda semua yang menilai.

Yang pasti terlihat pada saat saya menonton berita di TV, mahasiswa yang tidak diperbolehkan masuk ke gedung DPR merobohkan pagar seharga milyaran rupiah itu, polisi dihujani batu oleh mahasiswa, polisi balas menghujani mahasiswa dengan batu, mahasiswa mengejek polisi dengan menepuk pantat seraya melecehkan polisi, polisi geram menghujani bogem mentah ke demonstran yang tertangkap, mahasiswa makin garang dengan membakar sebuah mobil dinas dari sebuah kementerian negara, sebuah mobil keluaran tahun 2006-an paling lama, sebuah mobil seharga kurang lebih 100 juta rupiah. 100 juta rupiah!.

Tiba-tiba Saya menjadi marah, sangat marah sekali dengan kelakuan para mahasiswa itu. Mereka pikir cari uang itu gampang? mereka pikir setelah uang itu terkumpul, akan sangat nikmat kala Saya harus membayar pajak? mereka pikir Saya senang melunasi pajak tetapi Saya juga yang harus awasi penggunaannya?

Saya tidak menutup mata banyak mahasiswa yang telah mempunyai penghasilan, bahkan jauh diatas Saya. Namun demikian apabila mereka sudah membayar pajak atas apa yang mereka hasilkan dan melihat barang-barang yang notabene dibeli dari pembayaran pajak, apakah lantas mereka akan tetap merobohkan, membakar dan merusak?

"Woi ... jangan robohin pagernya dong, emang pake duit lu bikinnya!, jangan bakar mobilnya dong, lu pikir pake duit lu belinya!" kira-kira seperti itulah kata-kata yang akan Saya lontarkan andai saja Saya ada di TKP.

Tapi kemudian Saya terhenyak dari segala amarah Saya.

"Woi ... jangan pukulin mahasiswa dong, emang lu pikir dia yang mau demo?, emang aspirasinya dia saja yang sedang mereka coba sampe-in?" Saya mencoba dewasa.

Tetapi dewasa bukan hanya masalah tidak memihak, dewasa adalah memikirkan kepentingan bersama titik. Demi kepentingan bersama, berbesar hatilah Bapak dan Ibu di DPR sana untuk sedikit memberikan ruang kepada Adik-Adik ini bertemu muka, berbesar hatilah Adik-Adik apabila Bapak dan Ibu di DPR sana sedang ada rapat sehingga belum bisa meluangkan waktu bertemu dengan kalian.

Tua itu pasti, namun dewasa itu pilihan. Dewasalah dalam memilih, pilihlah orang yang sudah dewasa!. Maafkan bila saya berlagak dewasa.

"Pagar 3 milyar, mobil dinas 100 juta, total 3 milyar 100 juta. Asyik, udah bisa ngajuin anggaran lagi nih" tiba-tiba seorang teman yang terlibat diskusi pelik ini berkata.

SINGKONG DIKASIH RAGI! TAPE DEH!

Yafi Rochadi, NPWP No. 47.114.825.4-076.000 hehehehehe.